Literasi Digital di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Santri Lebih Bijak dan Selektif

AMC - Selain guna meningkatkan literasi digital para santri, pada kegiatan Talkshow Pesantren Cakap Digital bersama KOMINFO, RMI-PBNU dan Siberkreasi juga hadir Muhammad Abdul Aziz Nawawi turut meningkatkan ghirah para santri untuk selalu bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dengan bercerita banyak mengenai pengalamannya menjelajah dunia 35 negara serta 5 benua secara gratis sejak 2016 selama 5 tahun. 

“Kita dibatasi bukan oleh kemampuan kita, melainkan oleh impian kita. Tugas kita adalah membuktikannya.” ucap founder Santri Mendunia itu mengawali penyampaiannya.

Latar belakang kita bukanlah sebuah penghambat bagi kita untuk bisa meraih impian. Selain bersungguh-sungguh dan optimis, hendaknya segala sesuatu yang kita lakukan diniatkan karena Allah Swt. terutama saat belajar. Saat kita meniatkan segala hal karena Allah Swt. maka akan dipermudah.

“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” lanjutnya mengutip sebuah hadist.

Beliau juga mengingatkan para santri untuk membangun kesadaran untuk selektif di dalam menggunakan media sosial, juga bisa berpikir kritis terhadap informasi yang masuk. Dipilah dan dipilih terlebih dahulu. Pengalaman dan pesan yang disampaikan oleh narasumber disambut antusias oleh para santri.

“Orang gagal itu punya seribu alasan, orang sukses hanya punya satu alasan yaitu tidak punya alasan.” pungkasnya.

Lebih lanjut, hadir sebagai narasumber Romzi Ahmad atau lebih akrab disapa Gus Romzi juga menambahkan bagaimana sikap seharusnya seorang santri ketika memasuki ruang teknologi agar tidak tertinggal dan dapat survive di dalamnya. Dia pun memiliki kepanjangan ‘Santri’ versi dirinya sendiri.

“Santri jika berkaitan dengan literasi digital S-nya yaitu selektif. Yang berarti pilih-pilih, mana konten yang kita buka dan mana konten yang tidak boleh kita buka,” paparnya.

Mencari ilmu dalam bahasa arab disebut tholabul ilmi, tholab bisa berarti meminta atau mencari. Di masa sekarang karena adanya sosial media, orang bisa mendapatkan pengetahuan tanpa harus mencari. Sedangkan ilmu hakikatnya hanya dapat diraih dengan meminta dan mencari. Seperti meminta kepada guru. Inilah mengapa penting bagi para pencari ilmu, khususnya santri untuk lebih selektif dalam menggunakan teknologi terutama sosial media agar tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak perlu.

Lebih lanjut, yang kedua ialah adaptif. Sebagai bagian dari pengguna teknologi juga sebagai penerus bangsa, seorang santri harus bisa beradaptasi. Bisa beradaptasi berarti bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan teknologi.

“Kemudian nekat atau berani. Anak muda harus memiliki risk taking behaviour yang tinggi yakni keberanian mengambil risiko. Berani memulai bisnis, berani mengambil keputusan,” ujar pemuda NU yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Siberkreasi itu.

Selanjutnya teguh, sikap teguh harus dimiliki santri, dimana saat dia jatuh maka dia akan bangun lagi. Kemudian religius, yakni tetap memegang ajaran-ajaran keagamaan meskipun ada di ruang digital agar tidak kehilangan identitasnya sebagai santri, sebagai penuntut ilmu yang taat terhadap syariat.

“yang terakhir adalah inspiratif, seorang santri harus berani menginspirasi orang lain.” pungkasnya. (May)

Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :