Jangan Nikahi Wanita yang Memiliki Sifat Berikut


AMC. Menikah merupakan ikatan sakral dalam kehidupan manusia. Dengan menikah dapat menyempurnakan ibadah, bukan untuk senang-senang atau main-main.

Wasiat Imam Abu Hanifah untuk para pemuda, "Janganlah engkau (terburu-buru) menikah kecuali setelah engkau tahu bahwasanya engkau sudah mampu untuk bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan istrimu. Carilah ilmu terlebih dahulu, kemudian (setelah punya ilmu) kumpulkanlah harta benda dari jalan yang halal lalu menikahlah".

Menikah haruslah meluruskan niat terlebih dahulu. Niatlah menikah karena cinta pada Allah swt dan berusaha menghasilkan keturunan untuk berlangsungnya kehidupan manusia, mengikuti sunnah Rasulullah saw serta menjaga diri dari perbuatan haram (zina).

Namun sebelum jauh meniatkan hal itu, ada baiknya pertimbangkan kriteria calon istri terlebih dahulu. Menurut Imam Ghazali, tipe perempuan di bawah ini sebaiknya tidak dinikahi oleh para lelaki.

1) Al-Annanah, ialah perempuan yang suka mengeluh dan mengadu.
Menikahi perempuan tipe ini membuat suami sulit mencapai kedamaian dalam keluarga. Sebab, suka mengeluh tidak mendatangkan manfaat apapun. Sedangkan mengadu sering merusak hubungan baik dengan sesama, baik kerabat maupun sahabat. Apalagi jika yang suka diadu istri adalah mertuanya sendiri.

2) al-Mananah, ialah perempuan yang suka mengungkit kebaikan dan jasanya. Menikahi perempuan ini membuat lelaki terhambat menjalankan perannya sebagai imam dalam keluarga. Bagaimana tidak ? Jika tengah terjadi perbedaan pendapat, si istri sering mengungkit kebaikan yang ia lakukan hingga "mengalahkan" argumen suami. Lebih-lebih bila secara ekonomi si istri berada di tingkat "lebih tinggi" dari suami. Sudah dipastikan peran pemimpin keluarga bagi lelaki benar-benar terhambat.

3) al-Hananah, ialah perempuan yang suka menceritakan dan membanggakan orang di masa lalunya. Bila ia janda, ia cenderung lebih membanggakan mantan suaminya. Pun bila ia belum pernah menikah, ia membanggakan ayahnya dan membandingkan dengan suaminya dalam segala hal. Lebih parah lagi, bila ia diketahui pernah berpacaran dan ia membanggakan mantan pacarnya di depan suaminya. Na'udzubillah.

4) al-Haddaqah, ialah perempuan yang mudah tergoda untuk membeli barang tertentu. Ia bersifat konsumtif dan sangat boros. Menikahi perempuan ini mau tak mau bisa menguras kantong suami. Pun bila suaminya adalah orang kaya, namun boros tetaplah hal berlebihan yang tidak disukai dalam Islam. Banyak realita di masyarakat ini, gara-gara ingin menuruti kemauan istri, si suami rela melakukan apapun. Sekalipun harus terjerumus dalam jurang keharaman. Na'udzubillah.

5) al-Barraqah.
al-Barraqah memiliki dua pengertian menurut Imam Ghazali. Pertama, berarti perempuan yang suka berhias sepanjang hari. Ini termasuk perilaku berlebihan, baik dalam segi pemakaian kosmetik maupun membuang waktu yang seharusnya dapat ia manfaatkan untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri. Kedua, al-Barraqah diartikan perempuan yang tak mau makan dan lebih suka mengurung diri sendiri. Singkatnya, ia termasuk baperan. Bisa dibayangkan bila lelaki memperistri perempuan seperti ini ? Apakah akan mencapai kehidupan yang sakinah, mawaddah warahmah dalam berkeluarga ?

6) asy-Syaddaqah, ia adalah perempuan yang suka nyinyir dan banyak bicara. Segala hal dalam diri suami bisa ia komentari, bukan komentar membangun, namun justru menjatuhkan dan tidak bermanfaat. Jika sudah begini, semakin mempersulit keadaan suami karena apapun itu akan jadi sasaran empuk komentar pedas si istri.

Setelah mengetahui hal di atas, janganlah para calon suami mempersulit diri karena khawatir salah memilih istri. Pastilah Allah swt telah menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dia mengaruniakan pasangan yang kuat menghadapi sifat dan karakter masing-masing. Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa bersabar atas buruknya budi pekerti istrinya, Allah swt akan berikan pahala seperti pahala yang diberikan pada Nabi Ayyub as. Dan barangsiapa yang bersabar atas buruknya budi pekerti suaminya, maka Allah swt akan berikan pahala seperti pahala Aisyah istri Fir'aun".

Jika memang sudah siap lahir, batin dan mental, segeralah menikah. Setuju ? (MH, dari berbagai sumber)
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :