Abah Yai Noer, Ulama Karismatik Penakluk Ibu Kota


AMC -Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta kembali menggelar Haul Abah Noer untuk yang kedua kalinya. Acara ini disambut hangat oleh semua kalangan, baik santri, alumni, para kiai, dan masyarakat sekitar. Rasa rindu dan ta’dzim selalu menyelimuti hati para pecinta Abah. Semua kenangan tentang kiai asal Banyuwangi itu tak pernah pupus dari ingatan.

KH. Noer Muhammad Iskandar selain dikenal sebagai orang yang sabar, tegas, istiqamah, berjiwa besar, beliau juga dikenal sebagai orang yang cerdik. Hal ini disampaikan oleh para sahabat, keluarga, dan para santri Abah.

Abah Noer, (sapaan akrab beliau) ternyata dikenal sebagai orang yang sangat gemar memelihara kambing. Alhasil ada seekor kambing yang Abah beli dengan hasil kerjanya sendiri dan menjadi kambing kesayangannya.  Kambing ini sangatlah penurut kepada siapa pun. Satu ketika KH. Askandar (ayah Abah Noer) memerintahkan santrinya, kang Thoha untuk menyembelih kambing. Kebetulan kambing yang ia pilih adalah kambing kesayangan Abah Noer.


Setelah selesai makan kiai asal Banyuwangi ini mencari kambing kesayangannya itu, namun tidak menemukannya. Ternyata kambing yang disembelih dan dihidangkan itu adalah milik Abah. Abah pun menangis, bagaimana tidak kambing yang beliau makan ternyata kambing kesayangannya. Kiai Askandar membujuk Abah dengan mengganti kambing yang sudah disembelih tadi. Abah pun berkata, “maunya diganti menjadi dua ekor.” Ini menjadi salah satu kecerdikan Abah, yang tadinya hanya satu ekor kini menjadi dua ekor kambing. Tutur Kiai Anwar Askandar, saudara Abah di Ponpes Asshiddiqiyah pada Rabu (23/11).

“Saat melewati Partai Komunis Indonesia (PKI), Abah akan membariskan jamaahnya seperti sedang melakukan latihan baris berbaris dan drumband. Hal ini dilakukan agar tidak terlihat seperti orang-orang yang akan melaksanakan pengajian”.  Tambah beliau dalam menceritakan sosok Abah Noer.

Abah melanjutkan pendidikannya ke Lirboyo tahun 1967. Di sini Abah bertemu dengan sahabat-sahabatnya diantarnya; KH. Yahya Malik, KH. Ahmad Nganjuk dan KH. Haris Shadaqah. Sejak di pesantren, beliau dikenal sebagai sosok yang religius, rajin puasa daud, dan senang berbagi.

Dari sinilah Abah sering ikut Munaqasyah dan Bahtsul Masail. “Kalau Abah Noer sudah bertemu dengan KH. Ahmad Nganjuk, maka Nganjuk dan Banyuwangi tidak akan pernah mau kalah dalam Bahtsul Masail” ungkap Gus Yahya Malik.

Atas perintah dan amanat  dari gurunya, KH Mahrus Aly,  akhirnya Abah Noer mampu mendirikan Pondok Pesantren di Kedoya Utara, Jakarta Barat, sebuah kota metropolitan.  “Kamu harus kuat” imbuh KH. Mahrus Aly, sembari mengetuk tanah yang ada di Kedoya ini. Atas semangat dan kegigihannya, kini Pondok Pesantren Asshiddiqiyah berkembang menjadi 12 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Materi ini disampaikan oleh KH. Ahmad  Mahrus Iskandar, putra Abah Noer dalam wawancaranya kepada para sahabat dan saudara Abah.

Tujuan diadakannya Haul ini diantaranya sebagai pengingat dan  ta’dzim kepada Abah Yai Noer, seorang tokoh yang dikenal dengan sifat pantang menyerah, sabar, ikhlas, suka membantu sesama, dan menginspirasi banyak orang. Abah selalu berpesan kepada seluruh santri agar selalu istiqamah, dan menyelaraskan antara spiritual dan intektual.  Sudah dua tahun kepergian Abah Noer namun nasehat-nasehat yang ia berikan begitu membekas di hati, khususnya bagi para santri.

Acara ini diadakan secara offline dan online serta dihadiri tamu-tamu istimewa seperti Habib Jindan bin Novel, KH. Abdullah Kafabi Mahrus, Gus Azmi Askandar, KH Anwar Mansur dan masih banyak yang lainnya. (Robiah)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :