KH. Abdullah Kafabihi Mahrus: Peran Orang Tua dalam Membangun Kesuksesan Anak


AMC -Haul KH. Noer Muhammad Iskandar yang ke-2, banyak dihadiri oleh tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Ada yang berasal dari sekitar Jakarta ada pula yang berasal dari luar daerah, bahkan manca negara turut menyaksikan melalui siaran langsung platfrom media sosial ataupun hadir langsung di Pesantren, Rabu Malam (23/11). 

Berbondong-bondong masyarakat hadir guna mengambil berkah, berziarah dan berta'ziah kepada Al-Magfurullah Abah Noer, sapaan akrab KH. Noer Muhammad Iskandar.

Salah satunya adalah KH. Abdullah Kafabihi Mahrus, yang tidak lain merupakan putra dari KH. Mahrus Aly, guru KH. Noer Muhammad Iskandar ketika menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.  Dalam kesempatan kali ini, KH. Kafabihi tidak hanya hadir dalam acara tersebut, namun memberikan mauidzah hasanah kepada seluruh jama'ah yang memadati lingkungan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah maupun secara daring.

Sebagai kalimat pembuka, KH. Kafabihi bercerita tentang bagaimana Al-Magfurullah KH. Askandar, ayahanda dari Al-Magfurullah KH. Noer Muhammad Iskandar dalam mendidik anak-anaknya sehingga menjadi orang-orang sholih. Dalam cerita beliau, dulu kala, KH. Askandar merupakan seorang yang alim sekaligus saudagar yang sukses dan sibuk dengan perniagaannya. Suatu masa ia lantas bertemu dengan Mbah Wali Hasan dari Buntet. Oleh Mbah Hasan, KH. Askandar dinasehati untuk mengaji.


Seketika, KH. Askandar tersadar bahwa ia belum mengaji, beliau terlalu disibukkan oleh urusan dunia yang membuatnya terlena. Dengan nasihat tersebut, Beliau mengambil langkah pasti untuk tidak lagi mengurusi dunianya (Perniagaan), semua hartanya disedekahkan.

"Kalau saja harta orang kaya itu tidak menyedekahkan hartanya, maka hartanya tidak akan habis-habis, lantas keturunannya tidak jelas, bahkan karena harta bisa menyebabkan terputusnya silaturahmi", ujar KH. Kafabihi. 

Hal inilah salah satu penyebab KH. Askandar dikaruniai anak-anak yang sholih, karena beliau senang bersedekah dan tidak ambil pusing dengan urusan dunia.

Melanjutkan cerita beliau, bahwa setelah menyedekahkan hartanya, KH. Askandar menyibukkan diri dengan mengaji dan memperdalam ilmu. "Sebaik-baik sibuk adalah sibuk dengan ilmu, mengajarkan dan mengamalkan. Dan orang-orang mendapatkan keutamaan-keutamaan, baik berupa, Jihad atau sedekah. Itu semua kuncinya di ilmu, sebab ulama' yang menyampaikan", tegas KH. Kafabihi.

KH. Kafabihi juga menjelaskan bahwa peran orang tua sangat penting dalam menentukan kesuksesan anak-anaknya.
Kesuksesan anak-anak KH. Askandar tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh yang diberikan. Sehingga tidak heran Kiai Noer bisa sukses menaklukkan ibu kota Jakarta.

Selain itu juga, KH. Askandar memiliki putra yang banyak, semuanya dipondokkan. "Kalau orang yang senang sedekah, lalu memondokkan anaknya, khususnya di pondok salaf (pesantren), maka insyaaallah hal inilah yang mempermudah menjadikan anak tersebut sholih dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat", kata KH Kafabihi.

Beliau menegaskan pula, bahwa kesuksesan yang diraih oleh KH. Noer Muhammad Iskandar itu didasari dengan konsistensi dalam beribadah maupun keikhlasannya dalam berjuang. Salah satu contoh, KH. Noer tidak pernah meninggalkan Shalat Tahajud dan Puasa Daud sekalipun Ia sedang sakit dan terus berjuang, sekalipun di awal perjuangannya harus berpindah-pindah tempat tinggal karena nekat ke jakarta tanpa membawa bekal yang cukup.

Terakhir, beliau berpesan kepada seluruh jama'ah yang hadir untuk berusaha meraih predikat Husnul Khatimah (Meninggal dunia dalam keadaan berbuat baik).

 "Sebenarnya yang kita cari, yang paling penting itu adalah mati dalam keadaan husnul khatimah", pungkasnya. (Muhaimin yasin)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :