Syiarkan Islam Lewat Kebhinekaan Ala Gus Miftah


Tausiyah Gus Miftah pada Parade Santri Cinta Damai 13 Oktober 2019 
di Car Free Day Jalan MH. Thamrin dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional 22 Oktober 

AMC - Ada orang yang mengatakan bahwa, “Semua agama itu benar”. Itu jelas salah, yang benar adalah ‘semua agama itu benar bagi penganut-penganutnya’. Artinya, semua agama yang ada di Indonesia berhak menjalankan agamanya tanpa mendapatkan tekanan dari pihak manapun. Di Indonesia ada enam agama, yang pertama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Jika ada orang yang mengatakan bahwa semua agama itu benar, maka tiap hari orang itu akan berganti-ganti agama. Bisa jadi, Senin ia beragama Islam, Selasa ia beragama Kristen, Rabu ia beragama Katolik, dan seterusnya.

Semua agama ini berhak menjalankan agamanya dengan nyaman, dan damai. Karena kita berada di teritori Indonesia di mana Pancasila sudah menjaminnya. Di Indonesia yang wilayahnya sangat besar ini, tersebar enam agama dengan tempat ibadah yang berbeda-beda. Tempat ibadah ini diibaratkan sebuah kamar, jadi ada enam kamar di Indonesia. Terdapat kamar Islam, kamar Kristen, kamar Katolik, kamar Hindu, kamar Budha, dan kamar Kong Hu Chu. Selama orang-orang Indonesia kembali ke kamarnya masing-masing, maka di negara ini tidak akan  terjadi masalah.

Masalah yang saat ini terjadi adalah banyak masyarakat beragama ini yang tidak kembali pada kamarnya sendiri. Jadi ia malah kembali ke kamar agama lain. Seharusnya, mereka kembali ke kamarnya, seperti Islam kembalinya ke masjid, Kristen ke Gereja, dan seterusnya. Dengan seperti itu, maka masalah tidak akan datang.

Konflik dengan mengatasnamakan beda agama itu ndeso. Hari ini di Indonesia sudah ada enam agama yang diakui Undang-Undang. Mereka berhak menjalankan agamanya. Masing-masing kamar memiliki ranjang. Contoh kamar orang Islam, di dalamnya ada NU, Muhammadiyah, LDII, dan banyak macamnya. Jika orang Islam kembali ke ranjangnya masing-masing, pasti tidak akan ada masalah.

Terdapat persoalan terkait bacaan Qunut. Ada empat imam madzhab, mereka terbagi dalam dua kelompok. Imam Syafi’i dan Imam Maliki adalah kelompok yang memakai qunut. Sedangkan Imam Hanafi dan Imam Hanbali adalah kelompok yang tidak memakai qunut. 

Suatu waktu Imam Hanbali ditanya, “Imam waktu itu saya sholat, imamnya memakai qunut. Namun saya tidak, lalu apa yang harus saya lakukan?” 

Imam Hanbali menjawab, “Makmum harus ikut imam, kalau imamnya memakai qunut maka makmum pun harus memakai qunut.” Kebanyakan orang saat ini tidak menerapkan hal itu. Padahal sudah jelas-jelas Imam Hanbali mengajarkan demikian ketika bermakmum pada orang yang shalat subuhnya memakai qunut.

Lalu persoalan lain yang sedang ramai saat ini adalah masalah tahiyat. Semua imam empat madzhab berbeda pendapat. Perbedaan itu adalah hasil ijtihadnya para imam yang level keimanan dan ibadahnya jauh lebih tinggi dari kita. Yang menjadi pegangan kita adalah kita boleh mengikuti salah satu imam. Semua perbedaan itu adalah manhaj (jalan) yang kita tempuh untuk menuju kesempurnaan dalam beribadah.

Nah, dalam menyongsong Hari Santri 2019 ini, kita, seluruh santri di Indonesia, dengan segala kebhinekaan yang ada, kita adalah ika, satu. Kita disatukan oleh ukhuwah. Yakni ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah makhluqiyah

Demikian, kebhinekaan tidak menghalangi santri Indonesia untuk bersatu menyampaikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Bahkan kebhinekaan dapat membawa dunia bergerak ke jalan yang lebih baik dengan peran kita dalam mensyiarkan Islam, yakni santri Indonesia yang menebarkan perdamaian.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (QS. Al-Hujurat: 13)
Direview oleh : Qurotul Aini
Edit                 : Laila Fauziah
Foto                : Beritagar.id


Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :