Menag: Santri adalah Duta Penyebar Kedamaian


AMC - Rangkaian Hari Santri Nasional 2019 resmi dimulai dengan diadakannya “Parade Santri Cinta Damai’’ pada Minggu, (13/10). Parade ini juga dihadiri Gus Miftah, Veve Zulfikar dan Khadimul Ma'had Asshiddiqiyah KH. Ahmad Mahrus Iskandar. Parade semakin semarak dengan 1000 santri Asshiddiqiyah ikut memeriahkan Bentang Bendera 740 M kali ini. Prosesi  dimulai pukul 06.30 WIB, dengan rute start depan gedung Kementrian Agama RI sepanjang jalan menuju Bundaran HI.

Antusias para santri menyambut Hari Santri Nasional ini terlihat ketika menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Mars Yalal Wathon. Santri putra maupun putri, asatidz, para tamu undangan yang hadir, serta masyarakat Jakarta yang sedang ber-car free day, tampak bersemangat menggemakan kedua lagu ini di sepanjang jalan MH. Thamrin.

"Parade Santri Cinta Damai adalah sebuah wujud syukur atas penetapan Hari Santri, pengakuan (rekognisi), afirmasi serta fasilitasi pondok pesantren yaitu dengan ditetapkannya undang-undang khusus tentang pesantren." ungkap Menteri Agama Indonesia, Lukman Hakim Saifuddin. 

Dalam keynote speech-nya, Menteri Agama menyampaikan tiga ciri utama santri yang harus senantiasa dijaga dan dirawat sebaik-baiknya juga dikembangkan dalam kondisi apapun di kehidupan yang semakin kompleks ini.

Tiga ciri utama santri tersebut ialah :
Pertama, santri adalah duta penyebar kedamaian. Santri dimanapun ia berada adalah orang-orang yang selalu menebarkan kedamaian, karena dalam waktu tertentu, santri mendapat kesempatan untuk mendalami ilmu agama dan nilai-nilai Islam. Islam sendiri memiliki akar kata yang artinya kedamaian atau keselamatan. Maka santri sepatutnya menyebarkan inti ajaran agama Islam yaitu kedamaian. 

Kedua, santri memiliki kemampuan serta kemauan menghargai dan menghormati perbedaan. Sejak hari pertama santri berada di pondok pesantren, ia sudah menghadapi kemajemukan dan keberagaman. Baik perbedaan lingkungan, suasana maupun orang-orang di sekitarnya. Belum lagi ketika santri mengkaji kitab-kitab yang di dalamnya banyak sekali perbedaan pendapat. Maka dapat dipastikan santri memiliki rasa toleransi atas perbedaan dan keberagaman. Namun perlu digarisbawahi bahwa menghargai dan menghormati disini bukanlah meyakini dan membenarkan. 

Ketiga, santri memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap tanah air. 

Di akhir sambutannya, Menteri Agama berpesan khususnya kepada santri sebagai penyebar kedamaian bahwa sebesar apa pun adanya perbedaan yang ada, jangan sampai merusak nilai kemanusiaan. (Iis/Mila/Lyda)




Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :