Peran Ulama dan Santri Terhadap Kokoh Tegaknya Bangsa Indonesia


Santri adalah sebutan bagi seseorang yang menuntut ilmu agama di suatu tempat yang dinamakan pesantren dan biasanya menetap hingga akhir pendidikannya selesai. Menurut bahasa, santri berasal dari bahasa Sansekerta, Shastri, yang akar katanya disamakan dengan sastra yang berarti kitab suci, agama dan pengetahuan. Sedangkan Ulama merupakan bentuk kata jamak dari asal kata ‘Alim, yang berarti orang yang berilmu, orang yang berpengetahuan agama secara mendalam. Berarti Ulama adalah beberapa orang yang berpengetahuan tinggi mengenai ilmu agama Islam.

Berbicara mengenai keduanya sangat erat kaitannya dengan kepesantrenan. Ya, keduanya merupakan aktor pokok dalam dunia pesantren. Santri ibarat sebuah ember yang selalu membutuhkan air dari sumur mata air tanpa ada puasnya, dan terus saja menimba dan menimba. Sumur mata air itu tak lain adalah sang kyai nya (ulama). Dari perumpamaan itulah santri seharusnya mengambil contoh, bahwa ia akan selalu menggali, menuntut ilmu tak kenal kata puas dan selalu membutuhkan siraman rohani dari sang kyai.

Sebagaimana kita tahu bahwa tanggal 22 Oktober mendatang adalah Hari Santri Nasional 2016, maka seluruh pesantren di seluruh Indonesia menyambutnya dengan penuh bahagia. Berbagai kegiatan spesial dan acara-acara turut meramaikan Hari Santri. Contohnya saja, Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur mengadakan Kirab Resolusi Jihad menuju Jakarta, Kamis (13/10) menuju Jakarta dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional. Kirab itu diikuti peserta sebanyak 100 orang yang merupakan perwakilan dari seluruh lembaga dan badan otonomi di bawah PBNU. Kegiatan itu dihadiri Wagub Jatim Saifullah Yusuf, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Anggota DPR RI Nihayatul Wafiroh. Selain itu hadir juga ketua PWNU Jawa Timur, PCNU Banyuwangi serta lembaga lain di lingkungan NU.

Rais Suriyah PCNU Banyuwangi yang juga pengasuh Ponpes Darussalam KH Ahmad Hisyam Syafaat mengatakan kemerdekaan bangsa Indonesia tak bisa lepas dari peran ulama dan santri. Selama perjalanan kirab, rombongan akan bersilaturahmi kepada para kyai serta pengurus NU di daerah, berdialog dan bersosialisasi dengan warga NU. Selain itu juga peserta diajak berziarah ke makam pendiri dan pejuang NU. Rombongan kirab ditargetkan memasuki Jakarta pada Jum’at (21/10) untuk keesokan harinya mengikuti Upacara Hari Santri di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Sabtu (22/10).

Sedangkan di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, Kebon Jeruk rencananya akan diadakannya berbagai kegiatan dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional, dimulai dengan pembuatan film pendek tentang santri oleh segenap anggota Asshiddiqiyah Media Center (AMC). Kegiatan pengambilan scene nya sudah dimulai sejak sebulan lalu. Dan film tersebut rencananya akan ditayangkan perdana pada puncak acara Hari Santri Nasional di Ponpes Asshiddiqiyah Pusat. Kegiatan lainnya yaitu pembacaan 1 milyar Shalawat Nariyah secara serempak oleh pondok pesantren seluruh Indonesia, Sabtu (22/10), juga ada acara pembacaan Surah Al-Ikhlas 1000 kali yang sudah dimulai sejak malam Sabtu, (14/10) diadakan di rumah Kyai, diikuti oleh 100 santri putri Ponpes Asshiddiqiyah Pusat. Mengenai kegiatan tersebut, Bu Nyai Hj.Nur Djazilah, istri pengasuh dan pendiri Ponpes Asshiddiqiyah Pusat sekaligus pengurus muslimat menuturkan, adanya pembacaan 1000 Surah Al-Ikhlas sebagai do’a dan harapan agar acara muslimat satu minggu ke depan berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun. Selanjutnya Lurah Pondok Putri, Durrotun Nafisah memprediksikan bahwa beberapa aktris Indonesia juga akan hadir seperti penyanyi cantik dan berbakat Melly Goeslaw, Rossa, serta aktris cantik Zaskia Adya Mecca dan Olla Ramlan. Mereka akan ikut serta meramaikan acara Kirab Santri Asshiddiqiyah dan Wakaf 1000 Al-Qur’an di masjid-masjid dan mushola sekitar Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat.


Dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional ini, warga NU berharap jasa-jasa para pahlawan NU terutama ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan akan selalu dikenang, karena peran merekalah yang sangat dominan di dalamnya, serta dalam mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti peran KH Hasyim Asy’ari dalam penyerangan terhadap Brigjen Mallaby secara kompak bersama warga. Serta santri Tebuireng bernama Harun, yang memasang bom di mobil Brigjen Mallaby sehingga ia gugur bersamaan dengan tewasnya Brigjen Mallaby.

Oleh : Maulida Husna
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :