Menuntut Ilmu Dalam Pandangan Imam Al-Ghazali


AMC - Imam Ghazali, seorang cendekiawan terkemuka pada abad ke-11, merupakan figur penting dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai filsuf, teolog, dan ulama dari kalangan Sunni. Keyakinannya tentang pentingnya ilmu dalam ajaran Islam sangat dalam. Baginya, menuntut ilmu bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi juga jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan kesempurnaan iman, dan ini berlaku bagi seluruh umat Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.


Melalui karyanya "Ihya’ Ulumuddin" (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama), Imam Ghazali menjelaskan bahwa menuntut ilmu adalah fondasi utama untuk memahami dengan lebih mendalam ajaran Islam. Selain itu, ilmu juga menjadi sarana untuk perbaikan pribadi, terutama dalam memperbaiki akhlak dan perilaku.

Imam Ghazali menekankan pentingnya memperluas wawasan dan pengetahuan, terutama terkait dengan agama. Baginya, ilmu adalah pencahayaan yang membimbing individu menuju kebahagiaan, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

Namun, dalam pandangannya, menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada bidang agama semata. Imam Ghazali memahami bahwa pengetahuan tentang dunia juga penting, namun harus sejalan dengan ilmu agama. Baginya, harmonisasi antara ilmu agama dan ilmu dunia adalah kunci untuk tetap berada dalam ajaran Islam.

Bagi Imam Ghazali, menuntut ilmu bukanlah aktivitas sesaat. Ia menegaskan bahwa hal ini merupakan kewajiban seumur hidup bagi setiap Muslim, tanpa ada alasan untuk menghindarinya. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan menuntut ilmu bukanlah sekadar tahap-tahap tertentu, melainkan sebuah perjalanan yang berkelanjutan sepanjang kehidupan.
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :