Barakah Silaturahmi: Salah Satu Kunci Kesuksesan Perjuangan KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ


AMC - KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ – Pendiri pondok pesantren Asshiddiqiyah Pusat Kebon Jeruk, Jakarta Barat merupakan salah satu sosok kiai kondang yang berhasil mendirikan pesantren di tengah-tengah ibu kota metropolitan hingga memiliki sebelas cabang pesantren di seluruh Indonesia. Sebelas cabang pesantren itu di antaranya pondok pesantren Asshiddiqiyah Pusat di Kebon Jeruk; Asshiddiqiyah 2 Tangerang; Asshiddiqiyah 3, 4, dan 5 di Karawang; Asshiddiqiyah 6 Serpong; Asshiddiqiyah 07 Cijeruk; Asshiddiqiyah 8 Musi Banyuasin, Sumatera Selatan; Asshiddiqiyah 11 Way Kanan, Lampung; Asshiddiqiyah 9 Gunung Sugih, Lampung; dan Asshiddiqiyah 10 Cianjur, Jawa Barat.

Dikutip dari buku Saksi Kebajikan Sang Kiai yang berisi banyak sekali testimoni hidup Abah Noer oleh beberapa tokoh penting, dikisahkan bahwa di balik kesuksesan Abah Noer, hal ini tak lepas dari kegigihan beliau dalam berjuang memberi yang terbaik kepada umat. Abah juga merupakan sosok yang selalu istiqomah dalam bersedekah dan dermawan kepada siapapun yang membutuhkan bantuan, memiliki pemikiran yang maju dan sosok yang inspiratif dalam mengembangkan pesantren (khususnya ekonomi pesantren), dan yang tak kalah penting adalah beliau merupakan ahli silaturahmi.

Sosok Yang Supel, Mudah Bergaul, dan Sangat Memerhatikan Silaturahmi

Sangat memerhatikan kepada silaturahmi, Kiai Noer menjadi sosok yang sangat dikenal di kalangan kiai dan para ulama NU. Demikian yang disampaikan KH. Machin Toha – Pengasuh pesantren Darussalam Lirboyo ketika memberikan testimoni hidup Abah Noer pada acara haul ke-3 KH. Noer Muhammad Iskandar  pada November lalu.

“Kiai Noer Muhammad ini orangnya tekun dan sangat memperhatikan kepada silaturahmi,” sebut Kiai Machin.

Menurut Kiai Machin yang merupakan teman seperjuangan dan sahabat Abah Noer, kebiasaan Abah Noer yang suka nyambang dan membantu para ulama dan kiai sudah dilakukan sejak masih berada di pesantren Lirboyo. Dan kepribadian beliau ini ternyata juga turun dari orang tua beliau – KH. Askandar yang dulunya juga akrab dengan para masyayikh Lirboyo dan sering membantu pondok baik dengan harta maupun tenaga.

Kebiasaan tersebut ternyata menurun kepada Abah Noer, sehingga beliau akrab sekali dengan para masyayikh Lirboyo, mulai dari KH. Mahrus Aly, KH. Marzuki, dan para dzurriyah serta gus-gus Lirboyo pada saat itu. Seperti Gus Idris, Gus Arman Mansur, Gus Aziz Mansur, Gus Mahsum, dan putra kiai yang lainnya. Oleh karena itu, beliau disebut sebagai salah seorang santri yang berhasil merebut simpati para masyayikh-nya. Di mana kemudian para masyayikh itu juga tidak akan melupakan Abah Noer. Inilah salah satu yang disebut-sebut menjadi sumber barakah Abah Noer.

“Menurut keterangan, santri yang hinggap di hati para masyayikhinsyaallah santri yang barakah. mulai dari orang tua Gus Noer, Gus Noer, dan mudah-mudahan sampai dzuriyah-nya. 'Mawaddatul Abaa Qarabatun Bainal Abna', di mana cinta kasih para orang tua diteruskan dengan kedekatan putra-putranya,” sambung Kiai Machin Toha.

Tak sampai di situ, dikisahkan juga oleh KH. Ahmad Kafabihi Lirboyo pada kesempatan yang sama bahwa KH. Noer Muhammad berangkat dari Lirboyo ke Jakarta itu tanpa modal, selain hanya modal ilmu dan tekad keberanian. Namun, walaupun hanya bermodalkan ilmu dan keberanian, Abah Noer mantap tinggal di Kedoya pada saat itu karena didukung oleh para habaib dan masyayikh yang berhasil direbut hatinya oleh Abah Noer. Dan berkat kepribadian beliau yang supel dan suka bergaul dengan orang lain, Abah Noer mampu menarik simpati masyarakat untuk mendukung pembangunan pesantren pertama beliau, yakni pondok pesantren Asshiddiqiyah Pusat yang berada di Kedoya Utara, Kebon Jeruk.

Kebiasaan me-nyambang para ulama ini pula yang sampai saat ini masih terus dijaga dan diteruskan oleh Khadimul Ma’had Asshiddiqiyah Pusat – KH. Ahmad Mahrus Iskandar. Sehingga tali persaudaraan dan kekerabatan antar kiai dan ulama masih terjalin dengan baik, terutama para kiai yang berhubungan baik dengan Abah Kiai Noer Muhammad Iskandar, SQ. (Wndd)

Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :