Keutamaan Ilmu dan Ijazah Sholawat Dalail al-Khoirat oleh Syekh Libanon di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta



AMC - Setelah menghadiri Peringatan Harlah 1 Abad NU yang diadakan di Sidoarjo, Jawa Timur, Syekh Muhibbuddin Abu Anas Malik Kholid Judaidah berikan Dauroh dan pengijazahan Sholawat Dalail Al-Khairat kepada santri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta. 

Sebelum saya ke sini saya telah mengunjungi berbagai persantren di Jawa dan kalau Allah menanyai saya tentang Indonesia, Saya akan menjawab “ya Allah, Indonesia itu dipenuhi dengan orang-orang yang mencintaimu, mencintai rasulmu, orang-orang baik, ramah, dan mencintai ilmu, semoga Allah memuliakan orang-orang Indonesia, anak-anak mereka, pemuda-pemuda mereka laki-laki maupun perempuan," tutur Syekh Muhibbuddin memulai pembicaraaannya.

Ilmu adalah sesuatu yang paling mulia, di setiap zaman, waktu dan tempat. Tidak ada sesuatu yang paling mulia dari pada ilmu. Tidak ada yang bisa menilai kemuliaan ilmu kecuali Allah SWT. Karena ilmu adalah warisan para nabi.

Imam Ibnu Abbas pernah berkata: Ada tiga alasan kenapa ilmu lebih mulia dari pada harta. Pertama, ilmu adalah warisan para nabi sedangkan harta adalah warisan Fir’aun, dan Qarun. Kedua, ilmu itu akan bertambah jika kita berikan kepada orang lain, sedangkan harta akan berkurang jika diberikan kepada orang lain. Ketiga, ilmu itu menjaga kita sedangkan harta kita lah yang menjaganya.
 
"Karena itu, jihad kita sekarang adalah menuntut ilmu. Sahabat Ibnu Abbas pernah berkata, "Barang siapa yang menganggap bahwa menuntut ilmu itu bukan jihad maka perlu dipertanyakan kewarasan akalnya." Karena jihad yang paling penting  di zaman sekarang adalah menuntut ilmu, guna untuk meneruskan perjalanan Rasulullah yang diberikan oleh Allah SWT.  Dengan menuntut ilmu insyaallah kita akan membawa umat Islam untuk memimpin umat yang lain dan menyempurnakan mimpi-mimpi dan perjuangan yang telah di perjuangkan oleh para pendahulu kita." tegas guru besar Universitas  kelahiran Libanon malam itu. 

Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang muslim, rumah-rumah kita tidak akan terjaga kecuali dengan ilmu. Negara dan bangsa kita tidak akan tercapai segala tujuannya tanpa adanya ilmu.

Syekh kelahiran Kuwait ini juga mengatakan, “jika sekiranya ilmu itu bisa dijadikan sebuah benda, pasti dia akan lebih terang dari matahari dan bulan."
 
Selain itu, ditinjau dari segi keharusannya, perempuan lebih diwajibkan menuntut ilmu dari pada laki-laki, karena perempuan itu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Jadi, ketika seorang perempuan itu mendidik anaknya  dengan baik, maka seluruh keluarganya akan baik. Jika seluruh keluarga baik, maka masyarakat akan baik. Dan jika masyarakat baik, maka seluruh umat akan baik. Dan jika seluruh umat baik, maka Insyaallah umat ini akan menjadi umat paling terdepan dari pada umat-umat yang lain. 

Sayyidah Aisyah dijuluki dengan ‘alimatun nisa’ fil Islam (wanita paling cerdas di dalam Islam). Imam Zarkasyi pernah mengarang sebuah kitab tentang pendapat para ulama yang disangkal oleh Sayyidah Aisyah. Tentu kita tidak bisa diragukan lagi masalah keilmuannya, karena beliau adalah wanita yang langsung belajar kepada Rasulullah mulai dari masa kecilnya. 

"terkadang perempuan itu bisa melampaui laki-laki. Banyak sekali seorang perempuan yang bisa mengalahkan seribu laki-laki. Seharusnya perempuan itu harus mempunyai  cita-cita tinggi seperti halnya laki-laki. Allah menginginkan supaya laki-laki dan perempuan itu berjalan seimbang dalam menuntut ilmu seperti halnya sebuah pesawat yang terbang dengan sayap yang seimbang," pesan Ketua Dewan Ulama Islam Libanon.

Dalam sejarah Islam sangat banyak sekali tokoh-tokoh besar seperti Imam Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi), Imam Malik (pendiri mazhab maliki), Muhammad bin Idris atau Imam Syafi’i (pendiri mazhab Syafi’i), Imam Ahmad bin Hanbal (pendiri Mazhab Hanbali), bagaimana mereka semua menjadi tokoh-tokoh besar kalau ibunya bukan ibu yang hebat. Jadi semua keberhasilan itu adalah buah dari perjuangan ibu yang sholehah. 

Setelah menjelaskan tentang keutamaaan ilmu, Syekh Malik Kholid Judaidah juga mengijazahkan sholawat Dalail Al-Khairat kepada para santri dan hadirin yang hadir di tempat itu. Kitab Dalail Al-Khairat adalah kitab karangan Imam Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli asal Maroko. Kitab ini adalah sebuah kitab yang sudah sangat populer di kalangan para santri, bersisi tentang zikir-zikir harian dan sholawat-sholawat. (Fera)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :