Sambut Harlah Ke-37, Ponpes Asshiddiqiyah Adakan Ngaji Literasi


AMC -Menyambut Harlah Pondok pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, pra-acara terdapat beberapa seminar salah satunya bertemakan “Ngaji Literasi; Santri Melek Digital” bersama Dr. Abdullah Hamid dengan perwakilan dari Gramedia sebagai sponsorship yaitu Bapak Budiana yang bertempat di Perpustakaan Asshiddiqiyah pada Kamis pagi (08/09).

Dari tahun 2018 akhir sampai sekrang, Gramedia telah mengadakan Ngaji Literasi tidak hanya di pulau Jawa saja, tapi juga keluar pulau Jawa seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, dan beberapa wilayah Indonesia.

“Program Ngaji Literasi ini adalah program yang digagas oleh Gramedia untuk bermitra dengan pesantren dalam memajukan dunia literasi,” ucap Pak Budi dalam menyampaikan sambutan sebagai perwakilan Gramedia.

Para peserta Ngaji Lirerasi ini berasal dari santri Madrasah Aliyah, Ma’hadul Aytam dan Mahasantri Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta.
 
“Saya lihat untuk Asshiddiqiyah ini, insya Allah Pak Budi tidak perlu ditanyakan lagi soal literasinya, lihat audiensnya dari santri Madrasah Aliyah, Mahasiswa Ma’had Aly betul luar biasa sudah melek literasi.” Sambut Gus Hamid saat pembukaan.
 
Sebelum penjelasan materi dimulai, rupanya Gus asal Surabaya ini menjelaskan dengan buku karya beliau yang launching di tahun 2020 yang sampai sekarang sudah mencapai cetakan ke 2.
Buku itu berjudul “Literasi Digital Santri Milenial; Buku Pegangan Santri di Era Banjir Informasi”, ada beberapa materi yang beliau sandarkan pada materi seminar kali ini. Spill Gus Hamid saat pertengahan acara bahwa isi dari buku karangan beliau merupakan gabungan tradisi pesantren dengan teori-teori modern. Seperti yang telah dipaparkan beliau dengan sebutan 3T yaitu TabayyunTashawwur dan Tashdiq, dan Takhrij Hadist.
Diawal beliau memberikan sebuah pepatah menarik, Mulutmu Harimaumu, tapi sekarang Jempolmu Harimaumu. Maksudnya perbandingan dari kedua pepatah tersebut memiliki perbedaan namun memiliki tingkatan yang sama antara mulut (ketika dahulu) dan jempol (sekarang), sama-sama membahayakan. 

“Sekarang gara-gara jempol bisa masuk penjara, sama bahayanya dengan mulut,” tutur Gus Hamid dalam menalar digitalisasi saat ini.

Seiring berkembangnya Teknologi Informasi perubahan literasi semakin meningkat dengan adanya berbagai media digitalisasi. Salah seorang ilmuwan bercerita tentang literasi digital yaitu, “Sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan sebuah informasi dalam berbagai platform mulai dari sumber-sumber yang dipresentasikan melalui kompter.” Kata-kata Paul Gilster (1997).

Pada era digitalisasi ini walau banyak sekali manfaat serta memudahan segala aktifitas keseharian kita, tetapi sering terjadi kesalahgunaan sebagian orang dalam menggunakan platform media sosial. Contoh kasus terjadi pada kaum pelajar, ketika hendak membuat tugas seperti makalah, karya tulis, atau paper, dan yang lainnya, mereka sering kali meng-copy paste. Letak kesalahannya adalah pada sumber yang mereka kutip tidak dicantumkan. Tanpa sadar mereka telah melanggar hak cipta.
 
“Jadi, kalau kamu mau liat kebermanfaatanmu, kamu liat sitasi yang mensitasikan kamu, minimal kamu harus menyertakan sumbernya, kalau tidak disertakan sumbernya namanya flagiasi, dan flagiasi itu hukumnya dosa besar,” ujar Gus Hamid saat memaparkan jenis literasi pada bagian reproduction literacy.

Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya ini sangat gamblang dan antusias dalam menjelaskan, beliau pun memotivasi audiens bahwa beliau pernah diundang oleh kementrian luar negeri Amerika pada tahun 2012 karena menulis. Tak lupa juga, ia memberikan tips menulis dasar serta kita-kiat dalam dunia kepenulisan kepada para santri. (Yayu)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :