Khadimul Ma’had Jelaskan Tiga Tingkatan Takwa


AMC -Khadimul Ma’had Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta KH. Ahmad Mahrus Iskandar menjelaskan tiga tingkatan takwa. Dari mulai tingkatan tertinggi yaitu takwa dari perbuatan syirik (menyekutukan Allah), disusul tingkat kedua yaitu takwa dari perbuatan bid’ah, dan tingkat paling rendah yaitu takwa dari perbuatan maksiat cabang (selain dosa besar). 

Hal itu disampaikan dalam pengajian kitab Minhajul ‘Abidin di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, pada Senin (10/1/2022). 

“Takwa tingkat paling tinggi adalah dari perbuatan syirik. Dalam hal ini, syirik bisa juga diartikan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah swt,” terang Khadimul Ma’had. 

Lebih lanjut, Khadimul Ma’had memaparkan, semua ulama sepakat bahwa perbuatan syirik termasuk dosa yang tidak mendapat ampunan dari Allah swt. 

Sementara yang dimaksud takwa dari perbuatan bid’ah, lanjut Khadimul Ma’had, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal baru atau yang tidak dilakukan pada zaman Nabi Muhammad. Tapi dengan catatan, hal ini hanya berlaku dalam praktik ibadah mahdhah, seperti menambah jumlah rakaat shalat fardlu. 

“Kalau menambah ibadah-ibadah sunah, ulama berbeda pendapat, tapi mayoritas ulama mengatakan itu termasuk dalam bid’ah hasanah,” imbuh Khadimul Ma’had. 

Sedangkan maksud takwa dari perbuatan maksiat cabang (selain dosa besar) adalah meninggalkan diri dari melakukan dosa-dosa kecil. Meski termasuk dosa kecil, jika berhasil melakukan takwa tingkat ini saja, maka bisa menjadi kesempurnaan takwa. Sebab, jika dosa kecil saja ditinggalkan, maka dosa-dosa besar juga akan dijauhi. 

“Meskipun (takwa) tingkat ketiga ini terlihat sepele, tapi dengan inilah ketakwaan menjadi sempurna. Karena dosa yang kecil-kecilnya saja ditinggal, apalagi yang besarnya,” ujar Khadimul Ma’had. 

Menurut Khadimul Ma’had, dari semua tingkatan takwa tersebut, tercakup dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 93 yang berbunyi, 

لَيۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جُنَاحٞ فِيمَا طَعِمُوٓاْ إِذَا مَا ٱتَّقَواْ وَّءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ ثُمَّ ٱتَّقَواْ وَّءَامَنُواْ ثُمَّ ٱتَّقَواْ وَّأَحۡسَنُواْۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ  

Artinya: “Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :