Abah Noer Bersama Orang-Orang Terdekat


AMC - Tahlil, Doa dan Testimoni untuk Al-Marhum Al-Maghfurlah Syaikhina DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ penuh uraian air mata. Sejak Senin malam hingga semalam, Sabtu (19/12/2020), keluarga besar Bani Askandar, sahabat, alumni, santri, walisantri dan para muhibbin berkumpul mengirimkan doa, baik secara langsung maupun virtual. Setelah Tahlil dan doa yang dipimpin oleh sang putra dan menantu, tidak sedikit testimoni tentang Abah yang mengundang tangis dari jamaah maupun pembicara. Berikut ialah sebagian kisah orang-orang terdekat bersama Abah Noer.

- KH. Said Aqil Siradj
Beliau pejuang, beliau pendidik, beliau muballigh, beliau tokoh ulama dan beliau sangat baik dalam pergaulan. Salah satu contoh kebaikan beliau yaitu semua tamu diterimanya tanpa ada perbedaan. Baik tamu itu orang kaya orang miskin orang biasa orang pejabat semua diterima dengan sama. Semua disediain makan di ruang tengah selalu siap ada makan. Semua dipersilakan makan. Tidak dibedakan mana tamu yang terhormat atau tamu dari masyarakat biasa. Itu salah satu kelebihannya beliau. 

- KH. Manarul Hidayat
Berapa ribu sekarang alumni? Sekarang murid-murid almarhum ada yang jadi pejabat, DPR, dimana-dimana. Termasuk Ahmad Sudrajat alumni tahun 1990. Sekarang di Baznas, di NU, LAZISNU. Berapa banyak pahala yang mengalir untuk almarhum, ilmu yang manfaat. 

- KH. Marsudi Syuhud 
Kiai Noer itu ngajari bikin pesantren. Penjaga pos saja bisa jadi kiai, santrinya ribuan di Lampung. Namanya Kiai Nurhadi. Ini inspirator, ngajari yang nyata. Kreatif, kreatif, kreatif. Kerja, kerja, kerja. Yang senang ceramah suruh ceramah. Yang senang politik senang politik. Yang senang bisnis suruh bisnis.

- Kiai Syamsul Maarif 
Masya Allah, beliau kalau dakwah keluar kota, sesibuk apapun, secapek apapun, di perjalanan tengah malam beliau minta berhenti. Yaitu, tetap melaksanakan shalat malam.

- Kiai Syarif Rahmat 
Saat di Lirboyo dulu, teman-teman satu kelas Kiai Noer banyak yang mengaji kitab kuning kepada beliau,  bahkan kakak kelas sekalipun. Ada yang sorogan 'Imrity,  ada yang hafalan Alfiyah, tapi beliau tidak pernah menganggap sebagai murid tapi beliau menganggap sebagai adiknya. Itulah yang diwariskan oleh Nabi kepada kita, Rasulullah tidak menyebut 'muridku' tapi Rasulullah akan menyebutnya 'Ashabi' (Sahabatku). Dan Kiai Noer ini mengikuti akhlak Rasulullah, beliau menganggap murid sebagai adik-adiknya.  

- KH. Arifin Junaidi
Tahun 1985, ketika saya bertanya kepada beliau tentang visi mendirikan pesantren. Beliau menjawab bahwa visi mendirikan pesantren untuk meningkatkan ketaqwaan dan keimanan serta untuk mengembangkan IPTEK dan IMTAQ. Beliau mengungkap kata IPTEK dan IMTAQ sebelum BJ Habibie. Setelah 5 tahun baru BJ. Habibie menggunakan kata tersebut. Visi beliau yang kedua yaitu ingin menjadikan santri menjadi orang yang menguasai bahasa dan teknologi.

- KH. Anas Tahir
Satu hal yang beda dari Almarhum ini, ngajar satu anak yang namanya Iskandar itu sama serius ngajar seribu santri. Habis subuh diajar sendiri selama berjam-jam, ketika waktunya tahajud bangunin jamaah walau hanya dengan dua tiga orang. Jadi beliau ini memang membesarkan Asshiddiqiyah ini dengan hati dan dengan keteladanan. Dua kata kunci dengan hati dan keteladanan inilah yang membuat Asshiddiqiyah di mata saya begitu berkah. Santrinya menyebar dimana-mana dari Aceh sampai Papua. Tidak jarang di beberapa tempat yang saya datangi ada saja santri beliau. Beliau memulai aktifitas sebelum subuh ketika orang masih pada tidur. Dan mengakhiri aktifitas dini hari ketika orang-orang sudah pada tidur. Itu setiap hari.

- Ust. Ahmad Sudrajat
Pada tahun 1996, saya mendampingi beliau ibadah haji. Saya diajak beliau untuk duduk di depan Ka'bah. Selama di depan Ka'bah saya memeperhatikan beliau dan mendengar untaian-untaian do'anya. Dalam do'anya, beliau sama sekali tidak mendo'akan putra-putrinya, beliau disepanjang do'anya hanya mendo'akan santri dan keluarga santri. Dari kejadian itu saya bertanya kepada beliau, "Kenapa Abah tidak mendo'akan putra-putri Abah? Beliau hanya menjawab, "Ajat ketahuilah, kalian santri-santri Asshiddiqiyah semua anak saya. Saya yakin meskipun saya tidak mendo'akan anak-anak saya, pasti mereka akan balik mendoakan Mas Ayus, Mbak Eka, Mbak Balqis, Mbak Ima, dan Mas Muhsin."

- Ust. Sholeh Mahmoed
Abah ketika berbicara di hadapan para santri selalu beliau menyampaikan manfaat. Bukan pinter tapi manfaat. Pinter kalau nggak manfaat percuma tapi kalau manfaat jadi apa aja bahagia. Inilah kalimat yang sangat istimewa yang disampaikan Abah khususnya kepada kita semua di setiap untaian-untaian hikmah, selalu beliau menyematkan kalimat ini.

(Lail dkk)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :