Perkuat Ukhuwah, Menteri Pertahanan Malaysia Kunjungi Asshiddiqiyah


AMC - Setelah kemarin berkunjung ke gedung Kementerian Pertahanan RI, hari ini Menteri Pertahanan (Menhan) Malaysia, Tuan Haji Mohamad Sabu mengunjungi Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat Jakarta, Sabtu (25/01/2020). Kunjungan ini merupakan salah satu dari beberapa kunjungannya di beberapa tempat di Indonesia. Didampingi sang istri, juga direktur Wahid Foundation Yenni Wahid beserta jajaran, Menhan Malaysia ini bertatap muka dan menyampaikan speech di hadapan seluruh santri.

Dalam sambutannya, Tuan Haji Mohamad Sabu dengan logat Melayu yang kental sedikit bercerita mengenai sirah (sejarah) Islam di Indonesia dan Malaysia sebagai negara serumpun dan kedudukannya pada saat ini. 

"Anak-anak semua tahu setelah 13 tahun beroperasi dakwahnya di Makkah. Masa itu Nabi tidak punya kekuasaan, hanya seorang mubaligh," ujar Menhan mengawali ceritanya tentang Islam yang awal mula tumbuh di Makkah, lalu berkembang pesat di Madinah. Kekuasaan kerajaan Islam lalu berpindah ke Damsyiq (Damaskus), Kufah, Cordoba, Khurasan, Baghdad, Turki hingga kemudian runtuh. 

Menteri Pertahanan Malaysia, Mohamad Sabu (Foto: Asshiddiqiyah Media Center)

Lanjutnya, Nabi Muhammad saw. selama 13 tahun berdakwah di Mekah, saat itu Nabi tidak punya kekuasaan, beliau hanya sebagai muballigh yang menyebarkan Islam yang awalnya dengan sembunyi-sembunyi, hanya untuk keluarganya saja. Namun, lambat laun dakwah pun terus beliau gencarkan dengan terang-terangan kepada penduduk Mekah. 

Islam terus berkembang hingga wafatnya Rasulullah dan digantikan oleh Khalifah. Bahkan di zamannya khalifah Umar bin khattab, Baitul Maqdis sebagai peradaban Islam di Palestina yang dikuasai oleh umat Islam. Setelah itu, Islam berkembang ke seluruh negeri, seperti Irak, Iran, bahkan Spanyol yg menjadi peradaban Islam di sana. Sedangkan saat ini, Amerika Serikat yang memegang tampuk kekuasaan bahkan menjadi negara yang hebat. Berbeda dengan zaman dulu, Islam yang memegang kekuasaan. Walau pun demikian perkembangan Islam sejatinya sangat signifikan berkontribusi besar terhadap dunia hingga sampai ke Indonesia.


Yenni Wahid juga menyampaikan hal senada. Islam di Indonesia salah satunya tampak dari dunia pesantren. Santri berasal dari bahasa sansekerta, yang memiliki makna sama dengan student of religion dan thalib yang datang dari berbagai daerah berkumpul dan belajar bersama dalam satu tempat bernama pesantren dengan tujuan belajar agama untuk mencari ridho Allah. 

"Santri, pesantren, bahasa apa pun boleh kita pakai asal tujuannya untuk mencari ridho Allah swt," ujar Yenni tegas. Lanjutnya, "Semoga pertemuan ini semakin menguatkan ukhuwah islamiyyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah."


Selain keduanya, di antara jajaran yang ikut serta juga terdapat salah satu pengurus Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok. Khadimul Ma'had Asshiddiqiyah KH. Ahmad Mahrus Iskandar pun berterimakasih atas kunjungan ini. (Mila/L)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :