Pelatihan Kontra Narasi Ekstremis, Pesantren Suarakan Perdamaian dan Toleransi


AMC - Pelatihan kontra narasi ekstremis yang dinaungi Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Syarif Hidayatullah UIN Jakarta & Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Indonesia-Timor Leste berlangsung sukses terselenggara sejak Selasa hingga Kamis, 8-10 Oktober 2019. Bertemakan "Suara Pesantren untuk Perdamaian dan Toleransi", kegiatan ini diikuti oleh 27 ustadz-ustadzah muda dari berbagai pesantren di Jakarta Raya. Kegiatan ini memiliki program dan tujuan meningkatkan keterampilan ustadz-ustadzah muda pesantren dalam menyusun kontra narasi ekstremis melalui khutbah, ceramah dan pembelajaran di kelas. Maulida Husna, perwakilan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat Jakarta turut berpartisipasi dalam acara tersebut.  

Bertempat di Swiss-Belhotel Pondok Indah, pelatihan kontra narasi ekstremis ini menghadirkan trainer berpengalaman di bidangnya, diantaranya Taufik Setyaudin, Muhammad Arsan, M. Afthon Lubbi Nuriz, Zulkarnaen,  Lia Herliawati, Junaidi Simun dan Ahmad Hamdani. 


Direktur CSRC UIN Jakarta, Idris Hemay mengatakan bahwa pesantren sebagai ujung tombak perdamaian di Indonesia seringkali menggaungkan moderasi beragama. Pesantren mengajarkan beragama yang moderat dan menunjukkan Islam rahmatan lil alamin sehingga mampu hidup berdampingan baik dengan saudara seagama maupun berbeda agama, demi terwujudnya Indonesia yang damai dan rukun. Ia tegaskan bahwa mempelajari ilmu agama tidak hanya mengutamakan kecerdasan, namun juga mampu mengatasi perbedaan yang ada dan saling menghargai, sehingga dengannya santri dengan bebas dapat menyuarakan pesan perdamaian. 

KAS sebagai sebuah yayasan Jerman yang berfokus pada pendidikan, sosial kewarganegaraan, dan hak asasi manusia, memiliki perwakilan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sarah Sabina Hasbar menegaskan bahwa kerjasama antara KAS dengan Indonesia sudah berlangsung selama 50 tahun lamanya. Ia pun mengaminkan sebagaimana Idris katakan, bahwa pesantren adalah fondasi kemoderatan. Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim memiliki potensi terbesar untuk menjadi teladan dalam perdamaian dengan banyaknya pesantren yang ada. Dengan program ini, KAS mendorong pesan perdamaian disuarakan oleh pesantren serta aktor pesantren aktif mempromosikan Islam yang memiliki sifat wasathiyah (moderat). 

Jika narasi ekstremis yang tersebar sekarang ini sarat akan ayat tentang "jihad" yang identik dengan memerangi, maka hal ini dapat dibalas dengan kontra narasi berisi ayat yang mengedepankan perdamaian. Anjuran dari Rasulullah saw. langsung agar mengutamakan ishlah (perdamaian) daripada menumpahkan darah sesama muslim. "Jihad" (narasi induk yang kaum ekstremis suarakan, perang atau pertumpahan darah) di Suriah tidak bisa dikatakan sebagai perang melawan orang kafir, karena yang terjadi disana adalah perang antara sesama saudara muslim. 

Dari kegiatan pelatihan kontra narasi ekstremis ini, peserta sangat diharapkan untuk turut berkontribusi menyebarkan pesan perdamaian dan ilmu yang didapat selama masa pelatihan. "Menjadi tanggung jawab besar bagi para peserta training, agar dapat ikut menyebarkan kontra narasi ekstremis, juga mengembangkan program tersebut secara lebih global," tegas Idris Hemay. (Lyda)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :