Nasihat Habib Abdullah bin Muhammad Baharun


TAUSHIYAH ‘ÂMMAH ABUYA AL-HABIB ABDULLAH BAHARUN
Pada Multaqa Nasional Ahgafiyyat ke-3

Oleh : Ibu Ny. Hj. Atina Balqis Izzah, Lc, MA.

Selain membahas tentang kitab karya beliau, Ushûl al-Wasathiyah, yang menjelaskan tentang asas moderasi dalam Islam, Abuya juga menyampaikan beberapa pesan dan nasihat penting bagi kami putri-putri beliau. Berikut beberapa nasihat umum dari beliau yang berhasil kami rangkum:
Abuya megingatkan kepada kami tentang besarnya rasa cinta Nabi Muhammad saw kepada umatnya. Beliau dawuh,
الرسول يحبنا ولا بريد أن يصيبنا ولو شوكة. ما أحد يحبنا كما يحبنا الرسول صلى الله عليه وسلم, وهو أحق بمحبتنا من أي شخص آخر
Nabi Muhammad saw. mencintai kita dan beliau tidak menginginkan kita tertimpa (kesulitan) apapun, walau hanya sekedar duri yang kecil. Tidak ada seorang pun yang mencintai kita seperti beliau. Maka beliau lebih berhak atas cinta kita, dibanding orang lain. 

Dalam awal dauroh, beberapa kali beliau menekankan tentang pentingnya memiliki rasa bangga menjadi seorang muslim. Karena tidak ada hubungannya antara kaya, pintar, terkenal dengan nonmuslim, dan rasa bangga menjadi seorang muslim adalah penting untuk menjaga persatuan umat Islam.

“Fitnah terbesar ialah menghancurkan nilai-nilai Islam dalam diri kaum muslimin.”

“Di Indonesia, penghancuran nilai Islam dilakukan pada 3 tempat berikut:
• Di masjid
• Di keluarga, karena keluarga ialah pusat pembentukan masyarakat.
• Di pesantren, karena pesantren pusat pendidikan Islam”

“Langkah pertama yang dilakukan untuk menghancurkan keluarga umat islam adalah dengan menghilangkan akhlak mulia dari kaum muslimahnya dan menjadikan mereka (muslimah) tidak lagi memperhatikan nilai-nilai dan perintah agama Islam.”

Abuya menjelaskan tentang jihad dalam dawuh beliau berikut,
الأصل في الجهاد رفع الفتنة, فلا تكن فتانين للناس
Dasar (diwajibkannya) jihad adalah untuk menghilangkan fitnah. Maka jangan sekali-kali kalian menjadi orang-orang yang menyebar fitnah kepada manusia lainnya.

Abuya menjelaskan tentang api neraka yang kelak saat manusia melewati shirât, api neraka di bawahnya akan mengambil ‘hak’ mereka, yaitu segala bentuk maksiat yang dilakukan manusia saat di dunia. Apabila saat di dunia kita tidak melakukan maksiat, insya Allah kita dapat melewati shirath dengan cepat, karena tidak ada ‘hak’ api neraka dalam diri kita. Beliau dawuh,
النار تأخذ حقها, فكل شيء فيه حق النار تطلبه.

Api neraka (kelak) akan mengambil haknya (dalam diri manusia yang melakukan maksiat), maka siapa saja yang dalam dirinya terdapat haknya api neraka, maka ia akan mengambil orang tersebut.

من خاف في الدنيا أمن في الآخرة, ومن أمن في الدنيا خاف في الآخرة
Barangsiapa yang hidupnya di dunia merasa aman, maka ia akan ketakutan di akhirat. Barangsiapa yang hidupnya di dunia ketakutan, maka ia akan aman di akhirat.

Abuya menyebutkan tentang dasar dari perbuatan mengkafirkan orang lain. Dawuh beliau, 
أساس التكفير الكبر
Dasar dari perbuatan mengkafirkan adalah sombong.

Dawuh beliau tentang pentingnya untuk bersyukur atas apa yang kita miliki:
سبب الحزن أننا ننظر إلى ما ليس عندنا ولا ننظر ما عندنا
Sebab dari kesedihan kita ialah kita selalu melihat apa yang tidak kita punya dan tidak melihat apa yang kita punya.

Beliau mengumpamakan dengan shâhib al-dînâr yang memiliki 100 dinar lalu ia kehilangan 1 dinar. Berarti sesungguhnya ia masih memiliki 99 dinar. Akan tetapi karena ia selalu memikirkan 1 dinar yang hilang dan tidak mau bersyukur dengan 99 dinar yang masih ia miliki, maka ia terus merasa bersedih. Itulah pentingnya untuk mensyukuri apa yang kita punya.

Dawuh Abuya tentang larangan mencela atau menghina orang lain:
ما احتقر أحداً من خلق الله
Jangan mencela siapapun makhluk Allah swt.

Abuya juga menyinggung tentang sistem demokrasi dalam kenegaraan. Beliau menekankan, “Dalam sistem demokrasi, tiap orang bebas untuk menyampaikan pendapat selama tidak menimbulkan atau memicu kekerasan dan peperangan. Karena itu (peperangan) bukanlah bagian dari nilai Islam. Maka kita wajib menolaknya (kekerasan) dan orang-orang yang mengajak pada hal tersebut (kekerasan).”

Abuya mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah swt. Kalam beliau,
إيّاك أن تيأسي من رحمة الله
Kamu tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah swt.

Selain melarang diri kita untuk berputus asa dari rahmat Allah swt, Abuya juga melarang untuk mempersempit rahmat itu pada orang lain sampai membuat mereka juga putus asa akan rahmat-Nya. Pesan beliau,
رحمة الله واسعة لما نضيعها على الناس
Rahmat Allah swt itu luas, maka jangan kita persempit rahmat-Nya kepada manusia.

Habib Abdullah dalam kesempatan kemarin juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga cinta, ikatan, dan rasa saling menghormati di antara anggota keluarga. Karena menurut beliau, salah satu senjata musuh Islam dalam menghancurkan Islam saat ini ialah dengan menyebarkan konpirasi tentang keluarga. Tanpa adanya cinta dan ikatan yang kuat di antara anggota keluarga, serta adanya rasa saling meghormati, akan sulit mewujudkan keluarga yang harmonis yang mampu melahirkan generasi Islam terdidik. 

Selain itu, beliau juga menekankan perihal solusi dalam pendidikan anak pada zaman ini. Menurut beliau hal terpenting dalam tarbiyah al-awlâd saat ini, di samping menumbuhkan cinta pada diri anak kepada orangtuanya, perlu sekali adanya murâqabah atau pengawasan dan penjagaan dari orangtua, khususnya dalam akhlak anak-anak. Karena saat ini zaman yang penuh dengan fitnah, maka penting menjaga akhlak mereka agar dapat membentengi diri dari fitnah-fitnah tersebut.

Dalam hal ini, beliau menegaskan,
التربية اليوم صعبة وتحتاج الى الوقت الكثير. فكل الأولاد أمانة عند رقبتك
Pendidikan pada hari ini sangat sulit dan membutuhkan waktu yang banyak (untuk terus mengawasi anak). Tiap anak adalah amanah bagi kalian. 

Maka amanah ini jangan sampai dilalaikan, penting bagi orangtua untuk tetap menomorsatukan pendidikan anak agar tidak jatuh pada fitnah dan pengaruh yang buruk.

Abuya, saat disampaikan keluhan-keluhan dari beberapa khirrijat yang berkiprah di pesantren tentang sulitnya mendidik santri saat ini, beliau menasihati kami agar mampu memposisikan diri kami layaknya ibu bagi mereka para santri. “Saat santri memiliki masalah, maka dengarkanlah dan beri nasihat sedikit-sedikit dengan tanpa menghakimi,” begitu salah satu pesan beliau. Beliau juga menambahkan,
لا تتعبي من علاج القلوب فنحن نفرّح القلوب
Jangan pernah lelah dalam mengobati hati-hati para santri. Karena (tugas) kita ialah membahagiakan hati mereka.

Dan hal tersebut (menyenangkan hati orang lain) menurut beliau adalah seseuatu yang pahalanya sangat besar. 

Untuk para khirrijat yang sudah berkeluarga, beliau memberikan pesan khusus,
المتزوّجات أوصيكن بالقناعة والصبر ولا تكنّ مثل صاحب الدينار واخدمي الزوج جيداً
“Untuk anak-anakku yang sudah menikah, aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa memiliki sifat qanaah dan sabar, serta jangan jadi seperti shahib dinar (sudah penulis ceritakan pada poin sebelumnya). Layanilah suami kalian dengan sebaik-baiknya.”

Sebelum menutup dauroh, beliau beberapa kali mengingatkan kami bahwa tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang sempurna. Tidak ada yang bisa memiliki segalanya. Akan tetapi wajib bagi kita untuk terus menerus melakukan yang terbaik. Dan, berhentilah untuk melihat apa yang mereka punya dan tidak kita punya, perilaku seperti ini hanya akan membuat kita tidak bersyukur. Lihatlah  yang kita miliki, agar dapat terus bersyukur.

Terakhir, pesan untuk para alumni, beliau berharap agar terus mempererat silaturrahim dengan rutin mengadakan pertemuan per daerah dalam 3 atau 4 bulan sekali. Pertemuan seperti ini semestinya membawa pengaruh positif satu sama lain. 

Demikian beberapa pesan umum yang disampaikan oleh murobbi ruhina, al-Habib Abdullah Baharun dalam multaqa kemarin. Semoga kita dapat mengamalkan nasihat-nasihat beliau dan semoga Allah swt jaga beliau dalam sehat afiyah yang sempurna, sehingga bisa dapat hadir dalam dauroh-dauroh beliau berikutnya.

Amin.

Semoga bermanfaat,

Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :