Adakan Studi Banding, Ulama dan Umara Kabupaten Purworejo Kunjungi Asshiddiqiyah Pusat


AMC - Jakarta - Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat Jakarta mendapat kehormatan kunjungan silaturrahmi dari para alim ulama dan umara Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (25/09/2019) pagi.

Acara tersebut dihadiri sekitar 160 orang. Di antaranya bupati Purworejo yang diwakili oleh asisten pemerintahan Kab. Purworejo, juga dihadiri oleh Kementerian Agama, Ketua MUI, Ketua PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama), PD (Pimpinan Daerah) Muhammadiyah, serta para pimpinan Pondok Pesantren dan Majelis Ta'lim dari wilayah Kab. Purworejo.

KH. Noer Muhammad Iskandar membuka acara dengan menyampaikan ucapan selamat datang kepada rombongan studi banding Kab. Purworejo seraya berdoa, "Semoga dalam pertemuan ini ada dalam keberkahan Allah SWT." Hadirin mengucap Amiin dengan serempak dan khidmat.

Kemudian dilanjutkan sambutan oleh Bpk. Sumharjono selaku wakil dari bupati Kab. Purworejo. Beliau menyampaikan bahwa, maksud kedatangan rombongan adalah untuk konsultasi atau sharing guna menambah wawasan dan berbagi pengalaman terkait kepesantrenan, lebih khusus lagi mengenai manajemen pembinaan santri.


Sementara itu, Khadimul Ma'had Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, KH. Ahmad Mahrus Iskandar dalam sambutan penerimaan, memaparkan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, visi misi, dan lika - liku perjalananya. Para kiai yang hadir terlihat sangat khidmat mendengarkan presentasi Khadimul Ma'had. Respon positif mereka tampak pada ketertarikan mereka untuk menduplikat bentuk bimbingan yang ditampilkan melalui layar proyektor tersebut.

"Dalam misi Asshiddiqiyah adalah menyelenggarakan pendidikan berbasis agama islam, teknologi modern, dan ekonomi kerakyatan", ujar Khadimul Ma’had.

Menurutnya, santri jangan hanya bergulat pada sisi keagamaannya saja, tapi harus mulai fokus pada pengembangan teknologi. Karna konsumen sekarang juga sudah berbasis teknologi, apalagi di ibu kota ini. Santri harus melek teknologi, agar bisa menebarkan dakwah islam yang damai di kancah internasional.

"Boleh diri kita, jiwa kita santri, tapi pikiran kita internasional. Tetap hati kita santri, mengedepankan akhlaqul karimah, tapi berwawasan global," tambahnya.

Suasana semakin seru ketika dibuka sesi tanya jawab. Beberapa bertanya masalah manajemen konflik dan keuangan. Juga, melihat Asshiddiqiyah ini sudah ada 12 pondok pesantren cabang yang tersebar di Jawa dan Sumatra, serta rencana akan membuka cabang di Sulawesi dan Kalimantan.

"Setiap bulan Asshiddiqiyah selalu mengadakan rapat", ujar Khadimul Ma’had menjawab salah satu pertanyaan. Rapat bulanan tersebut selalu membahas soal kepesantrenan. Membahas konflik dan pengembangan santri, agar kemudian masalah santri bisa diselesaikan dan akhlaknya semakin membaik.

"Kita juga selalu kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, tapi saya tidak mau kerjasama yang sia-sia, harus saling menguntungkan, tidak boleh menguntungkan satu pihak saja. Selain itu kita selalu kerjasama dengan alumni Asshiddiqiyah yang sekarang kuliah di Eropa maupun di Timur Tengah, agar alumni ini bekerja sama dengan universitas yang mereka tempati. Lalu dari universitas-universitas itu kemudian mengadakan seminar di Asshiddiqiyah. Ini ditujukan agar santri berwawasan luas, berwawasan internasional, jelas Khadimul Ma’had panjang lebar.

Beliau berharap pesantren bisa tumbuh sebagai sumber perdamaian dunia dengan santri sebagai bibitnya. Karna santri adalah manusia yang berakhlakul karimah, dan akhlakul karimah adalah salah satu sarana menuju perdamaian.

"Akhlakul karimah adalah harta paling berharga di seluruh dunia. Dan akhlak adalah bahasa terbaik untuk menyampaikan kepada orang lain", ujar Khadimul Ma’had.

Beliau juga menjelaskan, santri Asshiddiqiyah dididik agar bisa mahir teknologi. Saat ini Asshiddiqiyah sedang fokus pada AMC (Asshiddiqiyah Media Center). Para santri diajarkan editing video,  foto, dan website. Jika ada yang mahir dan minat di bidang media maka akan diarahkan untuk bergabung ke AMC.

"Kami pengen para santri ini bisa dakwah bukan hanya di dunia nyata tapi di dunia maya," tandasnya.

Di akhir beliau menjelaskan bahwa pimpinan pondok pesantren harus fokus pada pengembangan santri. Mumpung santri sekarang sedang jadi sorotan dan sangat diperhatikan oleh pemerintah. Terutama program terbaru yang saat ini gencar dipromosikan kementrian agama, yaitu Ma'had Aly. Sebuah perguruan tinggi berbasis pesantren yang fokus pada 70% kepesantrenan 30% kemahasiswaan akademis. Ini jadi kesempatan besar bagi para santri di seluruh indonesia untuk menunjukan eksistensinya. (Fadil)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :