Setetes Air Mata Bisa Menghapus Lautan Dosa


Menangis karena dosa adalah pengalaman yang mungkin saja jarang dialami setiap orang. Tidak setiap orang bisa menangis ketika mengingat dosanya. Bahkan boleh jadi ada orang yang tidak pernah menangis karena tidak pernah mengingat dosanya. Ini karena secara naluri manusia lebih cenderung membuat dirinya tertawa dari pada menangis. Meski demikian, menangis karena dosa sebaiknya menjadi pengalaman setiap orang walaupun kadang sulit dilaksanakan. Perhatikan petikan kalam hikmah dibawah ini:

قال الإمام مالك بن دينار رحمه الله:
"البُكَاءُ عَلَى الخَطِيئَةِ يَحُطُّ الْخَطَايَا كَمَا يَحُطُّ الرِّيْحُ الْوَرَقَ اليَابِسَ" انتهى.

Al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah telah berkata:
Menangisi suatu kesalahan dapat menggugurkan banyak kesalahan (dosa) sebagaimana angin dapat menggugurkan dedaunan yang kering

Referensi:
- Kitabu At-taubah, jilid: I/ halaman: 140, karya Ibnu Abi Ad-dunya (281 H), cet: Dar An-Nasyr Meshir.

Penjelasan:
Kalam hikmah diatas mengajarkan kepada kita akan tingginya nilai orang yang bisa menangis karena mengingat dosanya, sehingga tangisan itu dapat meruntuhkan dosa-dosa kecil jika disertai dengan penuh penyesalan.

Orang yang menagis karena dosanya berarti ia mengakui kekhilafannya sebagai hamba Allah SWT. Ia akan merasa dirinya selalu kurang dalam beramal saleh. Perasaan seperti ini jelas akan membawa kepada sikap positif, yaitu dorongan untuk terus menerus mememperbanyak amal shaleh dan meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Sebaliknya, perasaan puas terhadap amal saleh yang diperbuat justru akan mematikan semangat untuk beramal saleh lebih banyak lagi. Pendek kata "mengingat dosa lebih baik daripada menghitung-hitung amal saleh".

Menangis karena dosa diawali oleh kesadaran manusia bahwa Allah SWT mengetahui semua perbuatan manusia baik yang positif maupun negative. Allah SWT akan membalas setiap dosa yang diperbuat manusia. Siksa yang kekal di neraka akan dirasakan oleh orang yang berlumuran dosa dan tidak pernah bertobat dari dosa-dosanya. Maka bagi seorang mukmin, keyakinan bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal dan abadi mestinya menjadi pendorong untuk mengingat dosa yang pernah diperbuat dan menggantinya dengan perbuatan amal shaleh.

Menangislah di dunia karena dosa-dosa, niscaya di akhirat nanti termasuk kelompok orang yang wajahnya berseri-seri. Dan kita berlindung kepada Allah SWT dari nasib orang yang ketika di dunia tertawa ria dengan dosanya, sementara di akhirat nanti menangis memohon ampun atas dosanya.


[Asshiddiqiyah Media Center]
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :