Kisah Isra' Mi'raj Rasulullah; Perumpamaan Manusia Sesuai Amalnya di Dunia


AMC - Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta kembali menggelar Haul Akbar KH Askandar yang ke-56 di Banyuwangi. Acara ini bertepatan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw, di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Sabtu, (18/02). 

Acara tersebut dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, kemudian diikuti dengan Khatmi Al-Qur’an (khataman Al-Qur’an), tahlil, ceramah dan ditutup dengan doa. 

Dalam ceramahnya, Ustadz Endang Badarrahaman menceritakan kisah perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw kepada seluruh santri. Dalam tahun yang sama Rasulullah Saw kehilangan pamannya, Abu Thalib dan istrinya Khadijah binti Khuwailid. Padahal keduanya adalah benteng perlindungan, dan penyemangat Rasul dalam mengemban risalah dakwah. 

“Allah SWT memberangkatkan Rasulullah dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) hingga ke Sidratul Muntaha atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj. Tujuannya adalah untuk menghibur Rasulullah Saw dari kesedihan yang melandanya.” tutur ustadz Endang Badarrahaman

Dalam perjalanannya, Rasul melihat berbagai perumpamaan manusia. Diantaranya, Rasul melihat orang yang sedang memanen tanaman yang mereka tanam. Setelah dipanen, tanaman tersebut tumbuh kembali. Begitu seterusnya hingga hasil yang ia panen melimpah ruah. 


“Itu adalah gambaran orang-orang yang gemar sedekah. Ketika di dunia mereka suka memberikan harta mereka pada orang yang membutuhkan dan suka memberi solusi pada orang yang sedang dilanda masalah.”  jelas beliau.

"Ada juga orang-orang yang lidahnya dipotong. Setelah lidahnya putus ia menjerit kesakitan. Namun lidahnya tumbuh kembali, kemudian dipotong lagi. Begitu seterusnya. Itu gambaran bagi orang yang menggunjing dan memfitnah orang lain." imbuh beliau.

Dalam perjalanannya Rasulullah Saw, singgah di Masjid al-Aqsha. Lalu melaksanakan shalat dan mengimami para malaikat dan nabi lainnya. Hal ini membuktikan Rasulullah Saw diberi keistimewaan yang besar, dibanding nabi yang lain. 

Ketika disuguhkan dua gelas minum; satu gelas berisi susu dan lainnya berisi khamar. Rasul lebih memilih susu. Jibril berkata, “Anda telah memilih yang fitrah. Seandainya anda memilih khamar, maka umatmu akan melakukan kelalaian. Dan hanya sedikit dari mereka yang mengikuti agama Islam.” jelas beliau.

Setelah melaksanakan peristiwa ini, Rasulullah membawa hadiah untuk umatnya berupa shalat lima waktu yang jumlah awalnya sebanyak lima puluh rakaat. Pengurangan ini terjadi atas saran nabi Musa as, karena ia takut umat nabi Muhammad tak sanggup melaksanakannya. 

Acara ini diikuti oleh seluruh santri, para ustadz dan ustadzah. Semarak penyambutan haul Abah Askandar terasa sangat hidmat. Khususnya saat khataman Al-Qur’an dan tahlil. Meskipun para santri hanya bisa mengikuti acara ini secara daring.

Profil KH. Askandar

KH. Askandar lahir di dusun Sragi, desa Sumber Dukuh, kecamatan Gampeng Rejo, kabupaten Kediri, Jawa timur. Selain sebagai seorang ulama, beliau juga dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan. Karena beliau turut serta melawan para penjajah.  

Mambaul Ulum adalah nama Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH Askandar. Bermula dari sebidang tanah wakaf dari H. Syarkawi, pada pertengahan 1950-an beliau memproklamasikan berdirinya pesantren ini. Tahun 1967 Allah memanggil kiai Askandar di saat beliau baru merintis pesantren ini. Proses pengembangan periode keilmuan pun beralih menjadi tanggung jawab anak-anaknya. (Robiah)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :