Peringatan Hari Santri; Ustadzah Mumpuni Jelaskan 3 Ilmu Dasar yang Harus Dimiliki Santri


AMC - Dalam rangka  Peringatan Hari Santri Nasional 2022, Ustadzah Mumpuni diundang untuk mengisi tausiyah yang diselenggarakan Mentri Agama Republik Indonesia, yang ber tempat di Gedung Hall B Jiexpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Acara meriah ini mengangkat tema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan". Yang mana acara ini dihadiri langsung oleh Mentri  Agama Rebublik Indonesia bapak H. Yaqut Cholil Qoumas, Mentri BUMN, Erick Thohir dan segenap jajaran mentri serta para kiai lainnya.

“Dari kampung saya melangkahkan kaki Kemayoran karena martabat saya sebagai seorang santri, minimal di Kemayoran saya diperlakukan layaknya manusiawi.” Tutur Ustadzah kelahiran Cilacap ini, pada pembukaan tausiyahnya.

Tidak lupa, dalam tausiyahnya Ustadzah mumpuni juga memberi bekal untuk para santri yang dikutip dari perkataan Syekh Abdul Qodir al-Jailani dalam kitab manakibnya yang berjudul Nurul Burhaniyyah bahwa “Santri itu adalah irsyadunnas, santri adalah pemimpin manusia di masa depan”. Oleh sebab itu, santri harus punya 3 ilmu dasar.

Pertama, santri harus punya ilmu ulama. Seperti ilmu Nahwu, Sorof, Fikih, Tafsir dan lain sebagainya.

Kedua, santri harus punya ilmu Hikmatul Hukama’. Seperti puasa-puasa sunnah, solat-solat sunnah dan ilmu spiritual lainnya.

Ketiga, santri harus punya ilmu Siasatul Mulki, yaitu ilmu siasah, ilmu pondasi negara, dan ilmu politik. Karena jika santri tidak punya ilmu intelektual, tidak melek ilmu teknologi, dan  tidak mengupdet ilmu apa yang terjadi di negara, maka santri itu akan jadi boneka permainan orang-orang yang ikut politik-politik kotor. Maka sebaliknya jika santri punya ilmu politik tanpa didasari ilmu fikih, maka bersiaplah akan menjadi berandong-berandong (berpolitik tanpa tahu hukum) di masa depan.


Dengan menguasai ketiga dasar ilmu tersebut, Insyaallah santri Indonesia akan menjadi santri yang cerdas, bermanfaat dan ahli dalam menyikapi persoalan kehidupan di dalam agama dan negara.

Ustadzah ngapak ini juga menjelaskan bahwa defenisi martabat dalam pandangan santri. Yang namanya harga diri itu terletak pada adabnya, harga kepala itu terletak pada ilmunya (pemikirannya), harga bibir (lisan) itu ada pada zikirnya, dan harga hati itu terletak pada keikhlasannya.

Maka jika manusia dihargai sebab badannya, mohon maaf, hewan juga punya harga. Contohnya Sapi! semakin gemuk badannya maka semakin mahal harganya. Tapi ada hewan yang tidak punya daging tapi mahalnya melebihi harga sapi, Burung perkutut contohnya. Burung perkutut tidak punya daging, tapi harga burung perkutut lebih mahal dari pada harga daging. Maka pertanyaannya, di manakah harga manusia? Demikian perumpamaan yang dipaparkan Ustadzah Mumpuni.

Maka di sini, entah gemuk atau yang kurus, entah yang rambutnya ikal yang rambutnya lurus, yang punya banyak duit yang punya banyak fulus, yang kulitnya hitam dan kulitnya mulus, ternyata kanjeng Nabi Muhammad Saw mengangkat kita dengan melihat yang hatinya tulus. Sebagaimana hadits beliau

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian". HR. Muslim

Alhamdulillah, kemaren telah di resmikan PMA (Peratutran Mentri Agama) no 73 tahun 2022 bahwa bersiul, sampai merayu, atau menatap dengan syahwat termasuk dalam kategori kekerasan seksual. Dengan peraturan ini para wanita  merasa dilindungi baik secara spisikis untuk berkontriibusi dalam di Indonesia dalam ruang publik. 

Maka dengan hari ini, kita yang saat ini dilindungi oleh pemerintah dan mentri agama. Satu langkah lebih maju berfikir telah mengangkat harkat martabat manusia dengan cara menjaga mental spisikisnya berarti dikembalikan lagi kepada setiap manusia. Jelas Ustadzah muda malam itu.

Dalam tausiyah ini Ustadzah mumpuni berpesan bahwa jika pemerintah saja sangat memperhatikan martabat wanita, maka wanita betul-betul harus menjaga marwahnya agar tidak memancing-mancing pirahi yang ada. Kalau memang wanita ingin dihormati maka dari cara berpakaianpun harus dengan pakaian yang sopan. Dengan begitu santri Indonessia akan menjadi santri yang berdaya menjaga martabat kemanusiaan.

Demikian tausiyah yang disampaikan Ustadzah Mumpuni Handayayekti pada Acara peringatan Hari Santri Nasional. Sabtu 22 Oktober 2022. (Diana Fera)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :