Kemenko Perekonomian RI Gandeng Ponpes Asshiddiqiyah Pusat dalam Sosialisasi dan Edukasi Keuangan


AMC -Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, Jakarta Barat, terpilih menjadi salah satu pesantren yang digandeng oleh Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (biasa disingkat Kemenko Perekonomian) RI dalam kegiatan ‘Sosialisasi dan Edukasi Peningkatan Inklusi Keuangan bagi Pondok Pesantren’. Kegiatan tersebut diresmikan dan dibuka secara langsung oleh Dr. Erdiriyo, pada Jum’at (3/6/22).

“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, sosialisasi edukasi peningkatan inklusi keuangan bagi ponpes Asshiddiqiyah saya nyatakan secara resmi dibuka,” tutur Asisten Deputi (AsDep) Keuangan Inklusif dan Keuangan Syariah Kemenko Perekonomian itu saat mengisi sambutan yang disusul dengan penabuhan rebana sebagai simbol resmi dibukanya kegiatan.

Dalam sambutannya, Dr. Erdi dengan mengambil perumpamaan ‘duduk sama rendah, berdiri sama tinggi’ menegaskan bahwa posisi pondok pesantren dan pemerintahan itu sama, sejajar, tidak ada yang lebih tinggi; dan melalui kegiatan yang diadakan tersebut diharapkan akan tumbuh dan berkembang kolaborasi. Ia juga berharap melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi ini, para santri dapat menemukan potensi dirinya, mau bermitra (berkolaborasi dalam pekerjaan) kemana untuk ke depannya.

“Ekspektasi saya kepada adik-adik semua, hari ini adik-adik bisa mendapatkan semacam pencerahan untuk menggali potensi kemitraan ke depan,” ungkap alumni program sarjana Universitas Palangkaraya tahun 1993 itu.

Tokoh yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Bukan Bank itu mengingatkan kepada para santri bahwa setelah lulus dari pesantren tidak mungkin semuanya menjadi kiai. Nanti akan banyak juga yang harus meniti dan berjuang untuk mengadu nasib, mengadu peruntungan di berbagai profesi.
“Apakah menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) seperti kami, atau mungkin ingin menjadi pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), pengusaha, atau politisi, itu tergantung pilihan adik-adik. (Namun dalam semua itu) ada dua hal yang perlu digaris bawahi,” imbuhnya.
Melanjutkan penjelasannya, alumni program Pascasarjana Universitas Kejuangan 45 Jakarta tahun 2005 itu menyebutkan dua hal yang dimaksudnya adalah menjaga karakter dan kepercayaan, serta menjaga silaturahmi. Baginya pernyataan banyak orang yang berkeinginan memulai usaha tapi terkendala oleh minimnya keuangan itu salah.

“(Karena) uang masih bisa diusahakan, ada lembaga-lembaga yang (bersedia) memberikan pembiayaan,” tegas tokoh yang menamatkan pendidikan S3-nya di  Universitas Padjadjaran tahun 2011 itu.

Selain Dr. Erdiriyo, turut memberikan sambutan pula Ustaz Andy Nurohman (salah satu alumni Ponpes Asshiddiqiyah). Ia menyampaikan bahwa menurutnya kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya agar adanya sinkronisasi antara alumni dan santri Asshiddiqiyah yang masih menetap di pondok pesantren. Kemudian nanti ketika semua sudah lulus dari pesantren Asshiddiqiyah, bisa bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitar santri itu berada. Santri tidak hanya melulu bicara soal keagamaan, tapi santri juga harus mampu membesarkan atau memperkuat ekonomi kemasyarakatan. Di dalam Al-Qur’an surat Quraisy pun sudah dijelaskan bahwa cara membangun masyarakat madani itu ada dua, yaitu memperkuat keimanan, juga bagaimana mengentaskan kemiskinan.

“Sehingga kita sudah waktunya untuk berkolaborasi dengan pemerintah, dengan BUMN, dengan perusahaan swasta lainnya agar kita bisa saling bermanfaat untuk sesama, untuk juga bisa mewujudkan Islam rahmatan lil alamin di bumi persada ini,” terang Ustaz Andy kepada para santri agar semakin semangat mengikuti kegiatan.
Selanjutnya, Sekretaris Ponpes Asshiddiqiyah, Ir. H. M. Bahaudin; mewakili Khadimul Ma’had KH. Ahmad Mahrus Iskandar yang saat itu berhalangan hadir, menyampaikan bahwa kehadiran seluruh jajaran Kemenko Perekonomian beserta mitranya tersebut seakan-akan adalah bagian dari mewujudkan apa yang telah ditulis dalam Al-Qur’an surat An-nisa ayat 9, yang berbunyi:

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Masih dalam kesempatan yang sama, sekretaris yang biasa disapa Ustaz Baha tersebut juga mengungkapkan rasa terima kasih atas terpilihnya Ponpes Asshiddiqiyah menjadi salah satu pesantren yang digandeng dalam kegiatan tersebut.

“InsyaAllah jasa dari Bapak Ibu sekalian akan selalu diingat,” pungkas Ustaz Baha.
Sebagai informasi, kegiatan ‘Sosialisasi dan Edukasi Peningkatan Inklusi Keuangan bagi Pondok Pesantren’ ini merupakan bagian dari implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden No. 114 Tahun 2020. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh santri juga dewan asatidz (pengajar) Ponpes Asshiddiqiyah Pusat. Setelah resmi dibuka kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi dan edukasi bersama narasumber dari berbagai lembaga keuangan. Sosialisasi dan edukasi tersebut terbagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama terdapat 8 narasumber perwakilan dari Bulog, Bank BSI, Bank BJB Syariah, Alami Fintek Sharia, Baqoel, Majelis Dakwah Islamiyah, BAZNAS RI, dan Askrindo. Sedangkan pada sesi kedua terdapat tiga narasumber perwakilan dari Pegadaian Syariah, Jamkrindo, dan Koperasi Mambaul Rizki Investama. (Mamluatul Hidayah) 

Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :