Hadiri Haflatul Ikhtitam Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta, Pimpinan BAZNAS RI Tegaskan Soal Akhlak


AMC -Pimpinan BAZNAS RI (Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia), H. Achmad Sudrajat menegaskan bahwa kedudukan akhlak begitu penting dalam kehidupan. Hal ini beliau sampaikan ketika mengisi tausiyah agama dalam acara “Haflatul Ikhtitam” di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat, Jakarta Barat. Sabtu (28/05/22).

“Saya tidak akan menyampaikan banyak hal, (tapi) hanya satu saja adik-adik, yang paling penting cuma satu (yaitu) akhlak,” kata salah satu alumni MA Manba’ul Ulum Asshidiqiyah Jakarta angkatan pertama itu memulai pemaparannya.

Lebih lanjut, H. Sudrajat menjelaskan bahwa meski sehebat apa pun ilmu  seseorang dan setinggi apa pun jabatannya, tapi jika tidak dibarengi dengan akhlak maka ia tidak akan berarti. Beliau juga berpesan kepada seluruh wali santri yang hadir agar nanti ketika anaknya sudah kembali ke rumah, tidak di pondok pesantren lagi, agar kiranya tetap dikontrol dan diusahakan selalu berada dalam koridor akhlak yang baik.

“Ibu-ibu wali murid yang hadir pada pagi dan siang hari ini mohon ketika anak-anak kita kembali ke rumah, Bapak/Ibu sekalian kami titipkan untuk bersama-sama didoakan (agar) tetap berada dalam koridor akhlak,” tutur lelaki kelahiran Jakarta tahun 1971 itu.

Alumni Universitas Al-Azhar Kairo itu menjabarkan bahwa kata ‘akhlak’ yang terdiri dari enam huruf tersebut merupakan akronim dari enam kata, kata yang harus dijadikan pegangan bagi setiap santri alumni Asshiddiqiyah.
“Apa itu akhlak? ‘A’nya adalah amanah,” ungkapnya memulai penjelasan tentang akronim kata ‘akhlak’.

Amanah yang dimaksudkannya di sini adalah di mana seorang santri itu harus mampu menjaga nama baik pesantrennya, nama baik keluarganya, nama baik gurunya, nama baik seluruh civitas akademinya di mana pun santri berada amanah tersebut harus selalu dijaga.
“Kemudian, ‘K’nya adalah kompetensi, dimanapun kita berada kita harus menjadi manusia pembelajar, hari ini (pun) kami masih belajar,” terang Sudrajat melanjutkan penjelasannya.


Menurut apa yang diingatnya, dahulu kala masih menyantri bersama Abah Noer (KH. Noer Muhammad Iskandar), Abah mengatakan bahwa dimanapun kita berada, kita tetap menjadi manusia yang senantiasa belajar, karena ilmu kita itu terbatas, dan jangan merasa hebat meskipun kita sudah memiliki jabatan yang panjang, rentetan pangkat pangkatnya panjang. Jangan pernah merasa hebat.

“Mengapa? Karena kita adalah santri yang terus dituntut (untuk) menjadi tawadhu,” imbuhnya.
Setelah itu, lelaki yang mengambil program Pascasarjana di Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakata tersebut menyebutkan arti akhlak dari huruf yang ketiga, yakni ‘H’ yang berarti Harmoni. Beliau mengajak para santri untuk selalu membangun kebersamaan, apalagi ketika nanti sudah menjadi alumni, jangan sampai ada keributan yang terjadi dengan sesama alumni Ponpes Asshidiqiyah.

Ketua Pengurus Pusat NU Care-LAZISNU itu kemudian menjelaskan apa makna tiga huruf terakhir dalam kata ‘akhlak’. ‘L’nya adalah loyal (patuh, setia), ‘A’nya adalah akuntabel, bisa bertanggung jawab, sedangkan yang terakhir ‘K’ adalah komunikasi.
“Mari kita bangun komunikasi kita yang baik, mudah-mudahan ini (adalah) momentum kita agar kita menjadi keluarga yang terbaik,” harapnya mengakhiri penjelasan.

Pada kesempatan itu juga, lelaki yang sempat mengambil program Diploma Bahasa Arab di Qatar itu menekankan dan menegaskan pada santri-santri yang sebentar lagi menjadi alumni tersebut bahwa sesama alumni Asshiddiqiyah adalah keluarga, jadi tidak perlu khawatir ke depannya karena alumni Asshiddiqiyah itu ‘mubassyirina fi ardhillah’, menyebar, ada di berbagai kawasan di seluruh dunia.

“Hari ini adik-adik nggak usah khawatir ketika akan menjadi alumni, karena di luar sana banyak alumni-alumni Assidiqiyah yang sudah siap untuk menyambut kedatangan adik-adik bergabung di dalam IKLAS (Ikatan Keluarga Alumni Asshiddiqiyah),”pungkasnya. (Mamluatul Hidayah) 
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :