Khadimul Ma'had Jelaskan Pentingnya Takwa sebagai Bekal Hidup Sejati

AMC - Khadimul Ma'had Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta KH. Ahmad Mahrus Iskandar menjelaskan, kehidupan di dunia hanyalah sebuah jalan atau perantara untuk menuju kehidupan yang sesungguhnya di akhirat.

Sebab itu, manusia hidup di dunia tak ubahnya orang yang sedang numpang lewat untuk menuju tujuan utama. Agar tujuan utamanya sesuai harapan, maka seorang hamba harus memiliki bekal yang tepat dan cukup, yaitu bekal ketakwaan. 

"Kalau saja ada cara terbaik, petunjuk terbaik, dan nasihat terbaik selain bertakwa untuk menuju kepada Allah, maka tidak mungkin Allah jadikan takwa sebagai inti dalam ibadah," jelasnya mengutip Al-Ghazali dalam Pengajian Kitab Minhajul 'Abdidin di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, pada Senin (29/11). 


Mendasari pemaparannya, Khadimul Ma'had mengutip hadits Nabi tentang bekal takwa yang juga sebagai doa ketika seseorang hendak melakukan perjalanan. Berikut haditsnya:

زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُ مَا كُنْتَ 

Artinya: “Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosa-dosamu, dan memudahkan kebaikan kepadamu di mana pun kamu berada. (HR. Tirmidzi) 

Lebih lanjut, Khadimul Ma'had menegaskan, salah satu alasan mengapa orang hidup di dunia dikatakan sebagai 'sekadar lewat' juga ditegaskan dalam diskursus tasawuf. Dalam ilmu tasawuf, orang yang sedang menuju kepada Allah disebut sebagai 'salik' (orang yang berjalan atau lewat). 

Berikutnya, Khadimul Ma'had menjelaskan, ada tiga sifat yang harus dimiliki seseorang untuk dikatakan sebagai mukmin yang bertakwa, yaitu sifat tawakal, menerima ketentuan Allah, dan bersabar atas apa-apa yang hilang.

Berkaitan dengan ini, Khadimul Ma'had mengutip nasihat Nabi Dawud yang berbunyi: 

يستدل على تقوى المؤمن بثلاث: حسن التوكل فيما لم ينل، وحسن الرضا فيما قد نال، وحسن الصبر فيما قد فات 

Artinya: "Ada tiga pertanda seorang Mukmin dikatakan bertakwa, yaitu; bertawakal dengan baik ketika ia tidak memperoleh apa yang diinginkan, menerima dengan baik apa yang ia peroleh, dan bersabar dengan baik terhadap apa yang hilang darinya." 

"Dari ketiga itu, yang paling susah adalah sabar dan ridha," pungkas Khadimul Ma'had. (Muhamad Abror) 
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :