10 Muharram; Ponpes Asshiddiqiyah Gelar Santunan Santri Yatim dan Dhuafa

AMC -"Hari raya anak yatim yaitu hari raya bukan yang pakaiannya baru, tapi hari raya itu adalah siapa yang takwa dan imannya makin hari makin tambah", ujar Ust.  Endang Badarrahman saat memberikan tausiyah 10 Muharram. 

Momentum 10 Muharram dikenal dengan Idul Yatama atau Hari Raya Anak Yatim. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di tahun 1443 H ini Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta kembali melaksanakan santunan untuk santri yatim dan dhuafa di lapangan utama Pesantren. (19/08)

Acara ini dihadiri oleh pimpinan, guru, serta seluruh santri Ponpes Asshiddiqiyah. Rangkaian acara diawali dengan pembacaan maulid ad-diba’i serta pembacaan shalawat bersama yang diiringi Tim Hadrah Asshiddiqiyah. Para santri sangat bersemangat mengikutinya, hal ini dibuktikan dengan ikut sertanya mereka melantunkan shalawat bersama.

Lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Muhammad Iqbal dan Ahmadi Talim yang merdu membuat suasana menjadi syahdu, lalu berubah menjadi haru ketika pembacaan puisi oleh salah satu pinpinan, Ustadz. Ali Adha dan mahasantri Ma’had Aly, Nailul Futuchiyyah dengan tema “Ayah dan Ibu”.

Puncak acara adalah ketika Gus Ahmad Wildan Ardas dan Ustaz Husni Mubarok memberikan santunan secara simbolis kepada beberapa perwakilan santri yatim putra sembari mengusap kepala mereka, sedangkan untuk santri yatim putri diberikan oleh Ustz. Durrotun Nafisah dan Ustz. Iha Musliha. Tahun ini, jumlah santri putra dan putri yang menerima santunan adalah 93 anak. Santunan tersebut terhimpun dari para alumni serta donatur Asshiddiqiyah Jakarta.
Turut hadir pula Ust.  Endang Badarrahman memberikan tausiyah kepana para santri.  
"Anak-anak, kita boleh merenung atas kepergian orang yang kita cintai, tapi jangan berlebih-lebihan, karena hakikatnya  anak yatim itu bukan dia yang sudah tidak punya ayah dan ibu, tapi anak yatim adalah mereka yang tidak punya ilmu dan tidak punya adab. Maka anak-anakku, sesungguhnya kalian bukan anak yatim, kalian bersama Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta, bersama-sama menimba ilmu agar menjadi orang yang mulia, terhormat dan beradab”, papar Ustaz Endang Badarrahman di awal tausiyah.
Peringatan 10 Muharram tahun ini kebetulan masih hangat-hangatnya nuansa kemerdekaan, beliau mengajak para santri untuk terus semangat dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengisi kemerdekaan dengan cara menuntut ilmu dan mengaji dengan tekun dan sungguh-sungguh. Namun, tetap mematuhi protokol kesehatan.

Beliau mengibaratkan masker itu seperti sarang laba-laba yang menutupi  Gua Tsur pada saat perjalanan hijrah Rasulullah Saw. Dimana, atas izin Allah melalui sarang laba-laba tersebut, Rasul dan sahabat Abu Bakar dapat terhindar dari kejaran pembunuhan kaum Quraisy, Begitu juga masker semoga membuat para pemakainya terhindar dari musuh yang namanya Virus Corona. (Mamluatul Hidayah/Mila)
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :