Khalid Bin Walid; Komandan Militer Terhebat Sepanjang Sejarah


AMC - Memperingati Hari Pahlawan 10 November kemarin, tidak hanya pahlawan nasional saja yang perlu dikenang, namun banyak pahlawan dalam sejarah Islam yang berjuang mempertaruhkan nyawa yang perlu kita kenang juga, salah satunya yaitu Khalid bin Walid, komandan militer terhebat sepanjang sejarah.

Ada yang belum pernah mendengar nama Khalid bin Walid? 

Khalid bin Walid merupakan jendral perang dalam sejarah yang tidak pernah terkalahkan, baik sebelum masuk Islam maupun setelah masuk Islam. Ia komandan militer yang terkenal di abad 1 Hijriyah. Strategi militernya tidak dapat diragukan lagi, sehingga banyak diadopsi sampai saat ini oleh akademi militer di seluruh dunia. 

Nama lengkapnya yaitu Khalid bin Walid bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Murrah, nasabnya bertemu hingga Rasulullah Saw. Sejak kecil Khalid bin Walid, mempelajari ilmu pengetahuan sebagaimana yang dipelajari anak seusianya dan mempersiapkan untuk perang. Ketika memasuki usia remaja kesombongan merasuki jiwa Khalid bin Walid, karena ia adalah putra seorang pemimpin yang tersohor. 

Disamping itu, ia banyak mempelajari taktik dalam menggunakan senjata perang seperti tombak, anak panah, pedang dan lain-lain. Kepandaiannya dalam menunggang kuda tidak diragukan lagi. Karena ia merupakan keturunan dari Bani Makhzum bagian dari suku Quraisy yang mahir dalam berkuda. Ketika menginjak usia dewasa, Khalid bin Walid memfokuskan diri dalam peperangan. Ia banyak menghadapi pertempuran bahkan kemenangan selalu diraihnya. 

Peperangan pertama yang ia ikuti yaitu perang Uhud yang terjadi di Bukit Uhud pada tahun ke 3 Hijriyah. Perang ini dilatar belakangi oleh balas dendam terhadap pasukan umat Islam yang dilakukan oleh kaum Quraisy karena telah dikalahkan dalam perang Badar. Kaum kafir Quraisy menyusun rencana dengan kekuatan 3000 personil untuk menyerbu kota Madinah dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Dalam perang Uhud ini Umat Islam terkalahkan oleh pasukan Quraisy. 

Kemudian perang selanjutnya yaitu Perang Khandaq yang terjadi pada tahun ke 5 Hijriyah. Dalam perang ini, pasukan umat Islam berhasil di usir dari kota Madinah oleh pasukan kafir Quraisy. Pada saat perjanjian Hudaibiyah, akhirnya Khalid bin Walid memeluk agama Islam dan meyakini kenabian Muhammad Saw. 

Setelah masuk Islam, peperangan yang diikuti oleh Khalid bin Walid yaitu Perang Mu’tah. Peperangan ini merupakan perang yang besar yang diikuti umat Islam. Dalam perang ini, Khalid bin Walid belum diangkat menjadi komandan pasukan oleh Rasulullah Saw. 

Namun, Rasulullah Saw. dapat mencium bahaya dalam peperangan kali ini, maka beliau memilih 3 komandan perang dengan kriteria khusus, yaitu komandan tersebut jika malam hari ia berdzikir mendekatkan diri kepada Allah dan jika siang hari, ia senantiasa memposisikan diri sebagai komandan perang membela agama Allah hingga mati syahid.

Pertama, Pasukan umat Islam dipimpin oleh Zaid bin Haritsah dengan membawa bendera perang. Namun, banyak sekali panah yang menembus tubuhnya, sehingga ia lemah tak berdaya dan mati syahid. Kemudian ia memberikan bendera perang tersebut kepada Ja’far bin Abi Thalib untuk memimpin pasukan umat Islam. Kaum kafir Quraisy, menyerang dan mengepung Ja’far bin Abi Thalib sehingga ia terkepung dan mengakibatkan ia gugur dan mati syahid. Kemudian kepemimpinan perang tersebut digantikan oleh Abdullah bin Ruwahah. Ia maju paling utama di depan musuh dengan membawa pedang. Namun, kekuatan Abdullah bin Ruwahah tak sebanding dengan kekuatan musuh, sehingga ia pun gugur dalam keadaan syahid. 

Setelah kesyahidan para panglima perang tersebut, umat Islam meminta Khalid bin Walid untuk menjadi komandan pasukan umat Islam dan memberikan bendera peperangan kepadanya. Dengan semangat yang berkobar, Khalid bin Walid menyemangati pasukan umat Islam untuk maju pantang menyerah. Dengan keahlian strategi perang yag ia miliki, maka ia  berhasil memenangkan peperangan melawan tentara Romawi dalam perang Mu’tah ini. Ia menjadi orang yang tidak dapat ditandingi, sehingga Rasulullah menjulukinya dengan Saifullah atau Pedang Allah. Dalam perang Mu’tah ini, banyak sekali pertumpahan darah, namun kemenangan umat Islam ini menjadi awal penaklukan negara-negara di wilayah Romawi. 

Sumber:

1. Hakim, Abdul Mansur. 2014. Khalid bin Walid: Panglima yang Tak Terkalahkan. Terj. Masturi Irham. (Jakarta:Al-Kautsar)

2. Ishaq, Ibnu. 2015. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Terj. Samson Rahman. (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana)

3. Al-Mubarakfury, Syafiurrahman. 2018. Sirah Nabawiyah. Terj. Kathur Suhard. (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar)

Kontributor: Milasari
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :