Ikan Paus Pun Turut Beristighfar Bagi Penuntut Ilmu



Memasuki awal Mei, majelis dzikir Asshiddiqiyah kembali digelar, Sabtu malam (05/05). Diawali dengan penampilan Gus Muhsin dan para santri, dilanjut dengan pembacaan Ratibul Haddad yang dipimpin oleh Ustadz Imam Syafi'i. Acara berlangsung khidmat seketika Gus Mahrus mulai membaca kitab al-Bidayah wa al-Hidayah.

Kitab tersebut merupakan ringkasan kitab fenomenal karangan Imam Ghazali, yakni Ihya 'Ulumuddin dan Minhajul 'Abidin. Kitab ini merupakan 'kitab kecil' yang patut dipelajari oleh 'pemula' dan para pencari ilmu, karena dari namanya kitab tersebut bermakna permulaan hidayah (petunjuk) dari Allah swt.

‌Hidayah itu dibagi menjadi dua, pertama disebut irsyad bermakna petunjuk semata, yang bersifat kasat mata, dapat dirasakan dan dilihat orang lain. Kedua, ialah hidayah yang hanya Allah swt beri untuk hati manusia. Inilah hidayah haqiqi , hidayah bermakna petunjuk yang sebenar-benarnya dari Allah swt untuk hati manusia.

‌"Kita mulai kajian ini dengan meluruskan hati dan niat kita untuk mendapat hidayah Allah swt", tegas Gus Mahrus.

‌Selanjutnya beliau menjelaskan isi kitab tersebut, bahwa barangsiapa yang berniat menuntut ilmu hanya untuk mengejar perkara duniawi, seperti agar terlihat lebih unggul dari orang lain, berlomba-lomba mengalahkan kawan seperjuangan, atau agar orang lain lebih hormat padanya dan demi mengejar harta, maka sesungguhnya ia merupakan orang yang berusaha menghancurkan agama dan dirinya sendiri. Ia membawa gurunya dalam dosa dan menemaninya dalam kerugian. Karena siapapun yang menolong atas suatu kemaksiatan walau hanya sebaris kalimat, maka ia akan mendapat dosa pula.

Seorang guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya, namun si murid menyalah gunakan ilmu tersebut, ibarat guru tersebut menjual pedang untuk merampok.
‌ Namun sebaliknya, tertulis dalam kitab al-Bidayah wa al-Hidayah:

‌وإن كانت نيتك وقصدك فيما بينك وبين الله تعالى من تعلم العلم : الهداية دون مجرّد الرواية، فأبشر فأن الملائكة تبسط لك اجنحتها إذا مشيت وحيتان البحر تستغفر لك إذا سعيت.

‌Dan jika engkau berniat dan bermaksud menimba ilmu untuk mencari Hidayah Allah swt, benar-benar untuk mendapatkannya, maka berbahagialah engkau sesungguhnya malaikat tersenyum dan melebarkan sayapnya ketika engkau berjalan (menuju majelis ilmu) dan ikan paus di laut turut beristighfar untukmu ketika engkau berusaha (dalam menimba ilmu).

‌Sesungguhnya do'a para penimba ilmu itu mustajab, selama niat tersebut lurus dan baik seraya selalu berusaha. "Kita niatkan mondok untuk mencari Ridha dan Hidayah Allah swt, serta ilmu yang bermanfaat di dunia dan akhirat", tegas beliau di akhir kajian.

‌Kajian malam ini merupakan pertemuan akhir rutinan majelis dzikir dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Dan acara tersebut kembali digelar pada awal bulan Agustus mendatang. (Lyda)

Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :