Rektor Ma'had Aly Jakarta : Wajib Mugholadzoh Mempelajari Kitab Kuning


Seiring berkembangnya pendidikan, nama Ma'had Aly mulai dikenal sebagai sistem akademik berbasis pondok pesantren.

Orientasi pembentukan Ma'had Aly sebagaimana dijelaskan oleh Rektor Ma'had Aly Jakarta, Abdul Khaliq, MA, ialah sebagai kaderisasi ulama Ahlussunah Wal Jama'ah dan menjadi pemimpin pondok pesantren.

Pondok pesantren sebagai benteng ketika sistem pendidikan di Indonesia selalu berubah-ubah. Saat ini sistem pendidikan Indonesia mayoritas mencontek sistem pendidikan barat. Maka tak heran, Indonesia kerap bereksperimen dengan berbagai sistem pendidikan negara barat yang belum tentu cocok diaplikasikan di Indonesia.

Padahal, Indonesia sendiri memiliki sistem yang lebih baku serta lebih cocok diaplikasikan, yaitu sistem pondok pesantren.


Ma'had Aly berdiri dengan keunggulan serta konsekuensinya, para mahasantri (sebutan untuk mahasiswa sekaligus santri) dituntut menjadi akademisi dan 'mundzirul qaum' (pemberi peringatan, istilahnya setara dengan da'i).

Perkembangan Ma'had Aly Jakarta selama dua tahun ini, memilih Sejarah Peradaban Islam sebagai prodi, setelah 9 angkatan sebelumnya berjalan dengan prodi fiqh ushul fiqh.

Mahasantri diharuskan menyelesaikan minimal 140 SKS sehingga ia dikatakan berhasil bergelar Sarjana Agama (S.Ag). Perbedaan mencolok Ma'had Aly dengan sekolah tinggi lain ialah "kitabnya".

Kemampuan membaca kitab ditempa secara intensif selama pembelajaran berlangsung  hingga akhir pembelajaran, mahasantri dikatakan mampu membaca kitab kuning. "Wajib mugholadzah, santri Ma'had Aly harus bisa baca kitab", tegasnya. (MH)
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :