Dalam peristiwa Isra' Mi'raj, Allah SWT tidak
menyebut gelar Rasulullah kepada Nabi Muhammad akan tetapi menggunakakan kata "
Hamba".
Hal itu disampaikan KH. Zuhri Ya'kub saat
menghadiri acara Isra' dan mi'raj di sekaligus Haul H. Askandar & H. Abdul
Ghani Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, Minggu, 30 April 2017.
Menurut Sayyid Muhammad bin Maliki, Nabi SAW disebut
oleh Allah SWT dengan kata 'Hamba' karena memang Nabi saw adalah manusia yang
paling tinggi pangkatnya, serta paling sempurna penghambaannya pada Allah swt.
Seperti dalam firman-Nya "Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
Aspek penghambaan Nabi saw inilah yang Allah
perintahkan pada kita agar mengikutinya. Kita diperintahkan melakukan shalat,
zakat, puasa dan ibadah lainnya bukan untuk menjadi Nabi. Namun agar kita bisa
memposisikan diri kita sebagai hamba Allah SWT.
Sayang sekali, manusia hidup bukan
berdasarkan keinginannya sendiri. Hidup, mati, jodoh, rezeki manusia bukanlah
pilihan. Semua itu adalah kehendak dan kuasa Allah swt. Bukan nasib yang
menentukan, tetapi Allah lah yang menentukan semuanya. Tidak ada kemustahilan
bagi Allah swt. Inilah poin dasar dalam memposisikan penghambaan kita pada
Allah SWT.
Syekh Nawawi al Bantani memaparkan hakikat
prinsip keimanan. Ia mengungkapkan sisi kemahakuasaan Allah swt, sikap
menyerahkannya makhluk dan ketidakberdayaannya di hadapan Allah swt. Ia
mengatakan prinsip keimanan pada Allah swt meliputi:
1) Iman kepada Allah swt dengan segala
kekuasaan-Nya.
2) Iman kepada Allah swt dengan meyakini
Allah berhak menentukan segalanya.
3) Iman kepada Allah swt dengan melepaskan
diri kita dari segala daya dan upaya.
Ini merupakan aplikasi dari kalimat 'Tiada
daya dan kekuatan kecuali karena Allah swt'.
Acara semakin khidmad dengan wisuda dan pembacaan nazham kitab Ta'lim Muta'alim, Aqidatul Awam dan Imrithy oleh para santri. Gus Mahrus memimpin langsung prosesi tersebut dengan mengalungkan medali pada para santri.
Acara semakin khidmad dengan wisuda dan pembacaan nazham kitab Ta'lim Muta'alim, Aqidatul Awam dan Imrithy oleh para santri. Gus Mahrus memimpin langsung prosesi tersebut dengan mengalungkan medali pada para santri.
Beliau kemudian berpesan kepada para wali santri kelas VIII yang
hadir agar menyemangati putra-putrinya yang telah mendapat Ijazah puasa Daud.
Kyai Noer turut menceritakan kisah perjuangan Alm.KH. Askandar dan
KH. Abdul Ghani agar para santri dan jamaah lainnya dapat menuai ibroh dari
kisah tersebut.
Perayaan ini di akhiri dengan pembagian sertifikat dan hadiah bagi
para santri pemenang lomba Festival Isra' Mi'raj Ashhiddiqiyah yang telah
dilaksanakan minggu lalu.(MH/LF)
0 komentar :
Posting Komentar