Ulama Sudan Kagumi Akhlak Muslim Indonesia


AMC- Pondok Pesantren Asshiddiqiyah kembali gelar majelis dzikir sekaligus pengukuhan Ikatan Wali Santri (Iwatri). Sabtu (3/12). 

Acara digelar di masjid Baitul Makmur Ponpes Asshiddiqiyah Pusat, Kedoya, Kebon Jeruk. Jama’ah terdiri dari wali santri, seluruh dewan guru dan pimpinan serta santri Ponpes yang terletak di Kedoya tersebut. Diawali dengan pembacaan istighfar oleh seluruh jama’ah, kemudian dilanjutkan dengan penampilan hadrah santri putra.

Setelah pembukaan, jama’ah disuguhi penampilan tahfidz al-Qur’an oleh santri putra, nadzam al-‘Imrithy serta Matan Ghayah wa Taqrib karya Imam Abu Syuja’ oleh santri putri. KH. Endang Badarrahman, MA memimpin pembacaan Ratibul Haddad dengan harapan agar seluruh santri dapat mengerjakan soal ujian dengan benar pada Senin mendatang. Pengukuhan Ikatan Wali Santri dipimpin langsung oleh Pendiri Ponpes Asshiddiqiyah, KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Pembicara pada malam itu Ust. Abdurrahman Jaani, Alumni Asshiddiqiyah tahun 2000 dan seorang ulama asal Sudan, Syekh Prof. Dr. Abdul Ilah.

Dalam ceramahnya, Abdurrahman menyampaikan beberapa tauladan yang dapat diambil dari sahabat Mu’adz bin Jabal. Nabi saw. berkata kepadanya, “Wahai Mu’adz, Demi Allah sesungguhnya aku amat sangat mencintaimu,” jelasnya saat menukil salah satu sabda Nabi saw. Ia juga menjelaskan dzikir sebagai tanda orang yang beriman. Dalam al-Qur’an dijelaskan mengenai segolongan orang yang selalu berdzikir mengingat Allah dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan berbaring mereka selalu membasahi lidah dengan dzikir.


Abdul Ilah berbicara mengenai cara mendapatkan barakah dan manfaat ilmu. Ia menyimpulkan ilmu dapat diperoleh dengan tiga hal, Ikhlas, Adab dan Amal. Ia juga menyampaikan rasa kagumnya terhadap pelajar Indonesia di Sudan, adab dan etika orang Indonesia-lah yang membuat ia begitu kagum. Ia menilai pelajar Indonesia mampu berinteraksi dengan baik dalam masyarakat, juga selalu berjama’ah di masjid. Abah Noer menyampaikan beribu rasa syukur atas kedatangan ulama Sudan alumni Universitas Ummul Qura tersebut. “semoga besok-besok bisa ngasih kuliah pada santri,” harapnya. (MH)
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :