Khadimul Ma'had; Peringatan Maulid Bukti Cinta Kepada Nabi

AMC -"Kita dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. di masa pandemi ini, jangan sampai rasa kecintaan kita terhadap baginda Nabi Muhammad Saw. berkurang atau bahkan tidak muncul rasa cinta kepada beliau. Bahkan harus bisa lebih dari hari-hari sebelumnya. Untuk kita bisa merasakan manisnya iman, indahnya beribadah, dan indahnya rasa cinta adalah salah satunya dengan menguatkan iman kita kepada baginda Nabi Saw,” jelas Khadimul Ma’had sebelum membaca maulid Simtud Durar karya Syeh Al-Habsyi, Senin malam (18/10).

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. di Ponpes Asshiddiqiyah berlangsung lancar. KH. Ahmad Mahrus Iskandar pada kesempatannya menjelaskan bahwa salah satu bukti kecintaan seseorang terhadap baginda Rasulullah Saw. salah satunya dengan membaca sirah Nabi Saw. “Pembacaan maulid ini (Simtut Durar) sebagai bentuk rasa cinta terhadap Rasulullah Saw (yakni) membaca sirah beliau,” lanjutnya.
Karena Menurut para ulama, lanjut Khadimul Ma’had, pada hakikatnya perayaan Maulid Nabi tidak akan mendapatkan keberkahan yang sempurna jika tidak terdapat tiga hal di dalamnya yaitu: Dzikr as-Sirah (mengingat sirah nabi), Tha’am al-Barakah (makanan barakah), dan perkumpulan yang baik.

Berbicara cinta, KH. Mahrus Iskandar menggambarkan keadaan seseorang yang benar-benar memiliki rasa cinta itu dengan menceritakan kisah Tsauban bin Bujdad, seorang budak Rasulullah Saw. yang memiliki rasa cinta yang begitu besar terhadap Rasulullah Saw. di mana singkatnya, apabila Tsauban sebentar saja tidak berjumpa dengan Rasulullah Saw. maka wajahnya akan berubah, badannya mengurus, serta raut wajah dan tingkah lakunya akan menggambarkan keadaan seseorang yang tengah amat bersedih. Bahkan Tsauban tidak sedikitpun merasakan luka, kecuali jika tidak bertemu dengan Nabi Saw.

“Itu hanya seorang maulah, seorang budak, seorang yang selalu mengikuti Rasulullah Saw. Lalu, bagaimana dengan kita selaku umat beliau? Umat yang jelas-jelas dicintai beliau? Seberapa besar rasa cinta kita kepada beliau? Jangan sampai cinta besar beliau bertepuk sebelah tangan karena kita tidak menunjukkan cinta kita kepada beliau,” lanjutnya lagi.
Jadi, sudah sepatutnya seseorang dalam melakukan sunnah Rasulullah ataupun melaksanakan ibadah-ibadah yang disenangi beliau, maka harus disertai dengan rasa cinta yang begitu besar. karena sebagaimana yang dikatakan Khadimul Ma’had dalam kesempatan itu bahwasannya:

المحبة روح العبادة
Yang artinya: “Rasa cinta merupakan ruh daripada ibadah.”

Mahabbah (rasa cinta) perlu ada pada ibadah kita. Bagaimana kita semangat dan kuat dalam melakukan ibadah jika tidak ada cinta di dalamnya,” ungkapnya.  

Selain itu, Khadimul Ma’had juga mengatakan bahwa seseorang yang mencintai Rasulullah Saw dengan menjalankan sunnah-sunnah beliau dengan penuh rasa cinta, itu membuktikan bahwa seseorang itu benar-benar mencintai Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Al-Imran ayat 31, yang berbunyi:

 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ .... ﴿٣١﴾

Artinya: “Katakanlah (Muhammad)! Jika kamu mencintai Allah, maka hendaklah kamu mengikuti aku (Muhammad). Niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu ....”. 
Terakhir, perayaan maulid Nabi Muhammad Saw. bukanlah kegiatan tidak berguna yang hanya membuang-buang waktu saja. Akan tetapi, maulid nabi ini merupakan kegiatan yang di dalamnya penuh dengan manfaat dan keberkahan seperti yang telah dijelaskan di atas guna menambah rasa mahabbah (cinta) kita terhadap baginda Nabi Muhammad Saw. terutama di bulan kelahiran beliau.

“Di sini kita semua berkumpul mengatasnamakan cinta kita kepada baginda Rasulullah Saw. dengan membaca maulid nabi dan simtut durar,” pungkasnya.

Oleh: Winda
Edit: Mila
Foto: Asshiddiqiyah Media Center
Share on Google Plus

About Asshiddiqiyah Media Center

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :