Asshiddiqiyah Sumbang Shalawat Nariyah untuk Indonesia


AIC- Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Pusat gelar acara pembacaan Shalawat Nariyah bersama, Jum’at malam (21/10) di lapangan Ponpes yang beralamat Jl Panjang, Kedoya Utara, Kebon Jeruk. Acara yang bertajuk “1 Miliar Shalawat Nariyah Hari Santri Nasional 22 0ktober Resolusi Jihad NU” ini diikuti oleh seluruh santri, para ustad, alumni, para pimpinan pesantren serta wali santri. Mereka hadir demi berlangsungnya acara yang disebut sebagai pionir acara 1 Miliar Shalawat Nariyah di tahun-tahun mendatang itu.

Masyarakat sangat antusias dengan acara tersebut. Mereka dengan khusyu’ dan semangat membacakan baris demi baris shalawat sampai akhir. Acara ini dibuka dengan pembacaan tawassul atau Haul Walisongo dan tokoh pendiri NU, yang dipimpin oleh ustad Amirudin. Ia berharap semoga dengan pembacaan tawassul ini mendapatkan barakah ilmu para wali dan ulama pendiri NU yang telah dahulu wafat.

KH. Nur Muhammad Iskandar,  pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa Shalawat Nariyah ialah shalawat yang isinya berdo’a melalui Rasulullah saw, yang dapat melepaskan semua kesulitan dan memberi jalan keluar dan dikabulkan segala keinginan serta cita-cita luhur.

Acara yang bertemakan “Dedikasi Santri untuk Negeri” ini berlangsung khidmat, lancar, dan meriah. Dalam sambutan selanjutnya, KH Ahmad Mahrus Iskandar mengatakan acara ini menjadi pionir dan pembuka untuk tahun-tahun selanjutnya.  Beliau mengajak para santri untuk menjadikan Negara Indonesia menjadi negara yang penuh berkah dan rahmat serta negara yang bermartabat, kembali kepada Islam dan pada khittah ulama NU. “Indonesia tidak akan pernah bisa merdeka seperti ini jika tanpa perjuangan para ulama dan santri”, ujarnya yang kemudian disambut dengan tepuk tangan dan sorak sorai para santri.

Istilah santri pun hanya ada di Indonesia. Mereka yang bangga dan cinta terhadap santri, maka mereka bangga dan cinta Indonesia. Dia pun menyampaikan salam dan pesan dari para ulama yang tak bisa hadir di acara tersebut, bahwa Asshiddiqiyah adalah pondok pesantren yang akan menjadi pionir perjuangan Bangsa Indonesia. “Kita akan tetap menjadi santri sampai mati. Kalian yang akan membawa nama bangsa Indonesia, kemanapun kalian pergi. Pesantren kita terdepan dalam membela Negara Kesatuan Republik Indonesia”, pesannya.

Sambutan lain datang dari para alumni pesantren, katanya sekarang santri, esok menjadi pemimpin dan tongkat kebangkitan Negara Indonesia. Ia mewanti-wanti agar para santri tetap hormat kepada guru, karena guru menjadikan muridnya orang hebat, berilmu dan sukses dunia akhirat. “al-Adabu fauqal ‘ilmi. Adab berada di atas ilmu”, tukasnya.

Tamu spesial malam itu diantaranya ustad Solmed (Sholeh Mahmud) beserta artis cantik April Jasmine, istri dan anaknya. Dari komedian, hadir pula Bang Sukri yang disebut-sebut sebagai pemain sinetron “Emak Ijah Pengen Naik Haji”. Bang Sukri dan ustad Ulin (alumni angkatan 2001) sukses meramaikan acara dengan sambutan dan candaan mereka. Gelak tawa dan tepuk tangan para santri pun terdengar ramai melihat “cuplikan sinetron” itu. Tak lupa ustad Solmed mengucapkan selamat hari santri dan berujar “Biar dunia berwarna, manusia dijadikan khalifah yang mampu berkreasi dan berinovasi. Dengan ilmu yang kita dapat, kita pun akan menjadi perhiasan yang berharga”.

Lagu “Ayo Mondok”-nya Asshiddiqiyah pun bergema pada acara pada malam sabtu itu. Diiringi musik instrumen, seluruh santri menyanyikannya dengan penuh semangat. “Ayo kita mondok, ayo kita mondok ! bismillah di hati menjadi santri. Ayo kita mondok, ayo kita mondok ! belajar mandiri penuh prestasi. Bakti kami dari santri untuk negeri”. Kurang lebih begitulah liriknya. (MH)
























Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :