AIC(JKT)
Ulama terkemuka tanah air, Habib
Riziq Syihab, memberikan ceramah di depan ribuan santri dalam acara Tabligh
Akbar dan Haflah Akhirussanah di pondok pesantren Asshiddiqiyah 07 Cijeruk Bogor
selasa petang (5/04/16).
Kedatangan beliau mendapat kawalan
ketat dari anggota Front Pembela Islam (FPI). Pagar betis berjajar mengawal
hingga beliau naik ke atas panggung yang kemudian disambut oleh beberapa ulama
dan habaib, termasuk sahabat lamanya sekaligus pendiri Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah, Dr. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ.
Dalam ceramahnya, Habib Riziq
menyampaikan pesan akan pentingnya menjaga al-Quran. Menurutnya, saat ini
banyak pihak yang ingin menghacurkan Islam. Untuk menghacurkan Islam, mereka
menghacurkan al-Quran, karena Qur’an adalah kitab suci agama Islam.
Beliau mengutip penggalan ayat yang
artinya “Sesungguhnya kami yang telah menurunkan al-Qur’an, maka kami juga yang
akan menjaganya” kemudia beliau
menjelaskan bahwa kata “kami” dalam ayat tersebut bukan menunjukkan arti jamak,
akan tetapi untuk penghormatan. Selain itu, kata “kami” juga digunaka oleh
Allah untuk sesuatu yang yang melibatkan pihak lain. “Allah menjaga al-Qur’an dengan melibatkan para
penghafal Al-qur’an”. Ucap habib.
Orang-orang kafir ingin menghacurkan
Islam dengan cara merusak al-Qur’an, merubah, serta membakarnya, akan tetapi para santri telah
menyimpan al-Qur’an di dada dan hati mereka. Sambungnya.
Setelah gagal menghancurkan al-Qur’an,
kata habib, mereka kini merubah dan menyelewengkan tafsiran al-Qur’an.
Ayat-ayat yang sesuai dengan perkembangan zaman mereka terima, sedangkan ayat
yang bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan mereka tolak. Jelas ulama
kontroversional tersebut.
Beliau juga menyatakan ketidak
setujuannya terhadap cara baca al-Qur’an dengan menggunakan langgam jawa atau
lagu pewayangan sebagaimana yang terjadi di istana kepresidenan beberapa waktu
lalu. Menurutnya, al-Qur’an harus dibaca dengan langgam Arab, agar dapat
diterima oleh semua kalangan, baik itu Jawa, Ambon, Madura atau bahkan Amerika dan
Australia.
Lebih jauh beliau mengatakan bahwa
al-Qur’an mempunyai aturan baca sendiri, pewayangan juga mempunyai aturan
sendiri. Kedua aturan ini tidak boleh dicampur-adukan, baca Qur’an dengan lagu
wayang dan menyanyi wayang dengan lagu Qur’an.
Selanjutnya, beliau berpesan kepada
generasi muda muslim agar jangan sampai jauh dari al-Qur’an, jangan sampai jauh
dari ulama dan jangan sampai jauh dari pondok pesantren. Karena merekalah
(Ulama) tempat bertanya ketika kita mendapati permasalahan soal agama.
Tuturnya. (Rumadi)
0 komentar :
Posting Komentar