Pesan DR. KH. Noer Muhamad Iskandar, SQ Dalam Silaturrahim Antar Alumni


AIC(JKT)

Pada minggu 19 Juni 2016, dalam rangka menyambung kembali tali silaturahmi antar alumni, para alumni Pondok Pesantren Asshiddiqiyah menggelar Buka Bersama di kediaman Pengasuh sekaligus Pendiri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, yakni DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. di Jl. Surya Sarana No. 6C Kedoya Utara. Acara ini dihadiri oleh tidak kurang dari seribu alumni dari beragam profesi yang datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia guna membahas sejumlah program yang tujuan akhirnya mengembalikan citra pesantren sebagai lembaga pendidikan pilihan.

Acara inti dimulai pada pukul empat sore setelah jam’ah ashar. Setelah sejak pagi sebelumnya telah digelar RAKERNAS antar alumni yang bertempat di gedung Pendopo Lt. 2. Setelah itu dilanjutkan dengan pelantikan pengurus IKLAS (Ikatan Keluarga Alumni Asshiddiqiyah). Kemudian ditutup dengan tahlil dan do’a bersama yang dipimpin langsung oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. dan diakhiri dengan buka bersama.
Di sela-sela pelantikan pengurus IKLAS beliau berpesan agar tidak lalai untuk selalu membaca Al-Qur’an sebagaimana ayat:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi” (Q.S. Fathir: 29).
Beliau menjelaskan, dalam ayat tersebut yang digunakan adalah ‘yatluna’ yang artinya membaca. Namun, ‘yatluna’ merupakan fi’il mudhari’ (dalam bahasa inggris seperti present tense) atau kata kerja untuk masa kini dan masa yang akan datang. dalam Ilmu Tafsir penggunaan fi’il mudhori’ tersebut berarti terus menerus dilakukan sepanjang hidup. Kalau dia menggunakan fi’il madhi (dalam bahasa inggris past tense) atau kata kerja lampau maka kemungkinannya dapat bermakna 2.  telah terjadi di masa lampau, atau belum terjadi tapi suatu saat pasti terjadi, underlinenya suatu saat pasti terjadi. Di dalam al-quran penggunaan pola tersebut umumnya ditafsirkan seperti itu.
Jadi, maksud dari ayat tersebut adalah orang-orang yang selalu terus menerus membaca al-quran. kategori ini adalah orang yang selalu membaca al-quran atau bisa kita artikan sering. walaupun kita belum bisa untuk selalu terus menerus membaca Al-quran, namun sebisa mungkin usahakanlah untuk selalu berusaha membacanya. Misalkan, setiap sehabis sholat subuh, zuhur, dan maghrib.
Kedua, agar memperbanyak membaca shalawat, seperti dalam firman-Nya yang berbunyi:

  
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Q.S. Al-Ahzaab: 56].

ketiga, agar menjauhi sifat putus asa, sebagimana firman Allah:

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”(Q.S. Yusuf : 87).

Ayat ini menekankan bahwa perilaku seorang hamba dalam menghadapi permasalahan merupakan cermin daripada pribadi hamba itu sendiri.  Terlebih ketika ditimpa musibah yang bersifat duniawi dan terjerumus ke dalam dosa-dosa yang membinasakan. Maka jangan sampai berputus asa dari rahmatNya, namun harus bersifat optimis dalam mencari rahmatNya yang luas! Karena tidak ada yang berputus asa dari rahmatNya, kecuali orang-orang kafir. Oleh karenanya putus asa dari rahmat Allah, adalah salah satu dari dosa-dosa besar yang paling besar.

Terakhir adalah adalah mengistiqamahkan shalat tahjud sebagaimana ayat:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
"Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji." (Q.S. Al Israa' : 79).

Karena salah satu keutamaan shalat tahajud adalah mempercepat tercapainya cita-cita dan rasa aman. Selain dengan usaha lewat do’a dan (ikhtiar) secara maksimal guna menggapai cita-cita dan rasa aman, seseorang hendaknya membiasakan diri untuk shalat Tahajud karena doa yang mengiringi Tahajud akan dikabulkan oleh Yang Maha Mengabulkan.
Beliau juga mengingatkan kembali tentang arti dan tujuan daripada pemilihan nama asshiddiqiyah sebagai nama pesantren, menurut beliau, pemilihan nama Asshiddiqiyah tersebut berdasarkan falsafah dari gelar yang diberikan Nabi Muhammad SAW. kepada khalifah Abu Bakar atas keberanian dan kejujurannya dalam kehidupan sehari-hari. jujur yang dimaksud adalah Jujur pada Tuhan, Jujur pada diri sendiri dan kepada kedua orangtua, serta jujur pada setiap tugas dan tanggungjawab yang diemban. Harapannya agar santri-santri lulusan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah dapat mengikuti perilaku baik khalifah Abu Bakar, terutama dalam hal kejujuran, keberanian, dan sebagainya. (Misbahul Aziz)







Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :