Menilik Sejarah Perkembangan Islam Di Dawasan Asia Tenggara

Asshiddiqiyah

AMC- Adakan seminar internasional bertemakan "Studi Islam Kawasan Asia Tenggara" Pondok pesantren Asshiddiqiyah datangkan narasumber dari Philipina Dan Kamboja,  Kamis ( 1/12/2016).

Prof, Dr. H. Latief Sarahman, narasumber asal Filipina menjelaskan, Sebelum kedatangan bangsa Spanyol, Filiphina adalah negeri muslim dengan populasi 98% saat itu. Namun setelah kedatangan Spanyol, berbagai ancaman kekerasan dan pemaksaan terus terjadi hingga dilakukan kristenisasi.
 Amanilah adalah nama ibukota Filiphina yang diambil dari bahasa arab Fi Amannillah, namun setelah dikuasai Spanyol berubah nama menjadi Manila

Kaum muslim yang dahulu menjadi  mayoritas  namun sekarang hanya 5-7% dari jumlah peduduknya dan kaum muslim di Filiphina juga terkenal dengan istilah kaum "Moro" yang berpusat di Mindanao
Di akhir pemaparannya beliau juga menjelaskan bahwa peran muslim terhadap deskriminasi di Filiphina masih berlanjut  sekarang  hal ini dilakukan untuk menjaga perdamaian
Sementara perkembngan Islam di Kamboja, disampaikan oleh Muhammad Daud BA. menurut ketetangannya, sejarah telah mencatat bahwa kaum muslim Kamboja merupakan orang orang yang berasal dari kerajaan Champa.

Ketika kerajaan Champa hancur pada abad sekitar ke 15  banyak penduduk yang hijrah ke negara tetangga termasuk Kamboja.
Perkembangan Islam di Kamboja tidak berbeda jauh dengan Filiphina sebagai agama minoritas yakni hanya 4-5% dari penduduknya yang menganut agama Islam
"Disana tidak ada pondok pesantren, kami hanya mengaji di masjid kemudian pulang ke rumah masing-masing. Karena Islam di sana popularitasnya hanya 4-5%" tuturnya.

Walaupun minoritas namun saat ini kehidupan mereka sangat damai, muslim dan non muslim hidup berdampingan dengan harmonis, hal ini tidak lepas dari peranan pemerintah Kamboja terhadap kaum muslim. Bahkan pemerintah mencanangkan pembangunan masjid yang saat ini sudah mencapai 500 masjid.


Selain itu, sejumlah muslim juga diberikan kesempatan untuk bekerja dikantor pemerintahan dan diberi kesempatan untuk menyebarkan ajaran Islam. (AH)
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :