KRISIS PERASAAN DALAM KEHIDUPAN RUMAH TANGGA


AIC(JKT)
1. Mengkritik Istri Secara Kejam
Ada sebagian suami yang biasa mencela istrinya dalam segala hal dari yang kecil sampai yang besar bahkan sampai perkara yang memang istri tidak mampu menanggungnya. Suami yang baik adalah yang senantiasa memaafkan dan berlaku baik pada istrinya. Ketika istrinya melakukan kesalahan maka ia akan mengkritiknya dengan lemah lembut, sehingga ia mengetahui kesalahan istrinya tanpa menyakitinya. Bila istri mendapatkan kasih sayang dan penghargaan dari suaminya, maka ia akan merasa bergembira lebih bersemangat dalam melayani dan mencari keridoan suaminya.

2. Sang Istripun Mendzolimi Suaminya
Ada pula istri yang suka mencela dan kurang qana’ah pada kebaikan yang telah Allah berikan padanya. Seorang istri hendaknya bersyukur dengan apa yang diberikan suaminya karena hal itu mendekatkan pada keridhoan Allah.

3. Membunuh Perasaan Suami
Memperhatikan suami dalam segala kondisi sangatlah penting karena itu menentukan sikap istri yang baik terhadap suaminya.

4. Beginilah Seharusnya Sikap Istri
Hendaknya seorang istri selalu berusaha menyenangkan suaminya dan menghindari hal-hal yang menyusahkannya.

5. Potret Suami yang Menyejukkan Hati Istri
Seorang suami hendaknya memiliki kemuliaan dan menaruh perhatian pada perasaan istrinya dengan sebenar-benarnya. Mereka hendaknya memiliki rasa malu, kecintaan, kesabaran, akhlak yang mulia, kepekaan perasaan dan pengharapan terhadap balasan dari Allah.

6. Haruskah memukul istri?
Ada suami yang tabiatnya kasar yang suka memukul istrinya dengan keras ketika melakukan kesalahan sepele. Bila seorang istri mendapat perlakuan demikian maka ia boleh melaporkan suaminya kepada hakim.


7. Rambu - Rambu Penting
Islam membolehkan suami memukul istri namun tidak dengan kasar dan dengan beberapa syarat berikut:
a)        Istri terus bermaksiat
b)        Hukuman sesuai kesalahan
c)        Memukul dengan niat mendidik
d)       Menghindari memukul kepala, wajah dan perut
e)        Tidak menciderai anggota badan
f)         Tidak menambah hukuman dengan perkataan yang menyakiti hati.

Judul           : Melembutkan Perasaan  (Kiat Menjadi Manusia yang Disayang Sesama)
Penerjemah  : Abu Hudzaifah, Lc
Editor          : Muhammad Albani
Penerbit       : Qalamedia ( 2009 M)
Judul Asli    : Faqrul Masya’ir
Pengarang   : Muhammad bin Ibrohim Al Hamd
Penerbit      : Daril Ibnu Khuzaimah ( 2005 M)
Pengantar   : Muhammad bin Ibrohim Al Hamd


Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :