KRISIS PERASAAN ANTARA MURID DAN GURU

Asshiddiqiyah

AIC(JKT)
1. Dunia Pendidikan Mengalami Krisis Perasaan
Begitu banyak fenomena yang menggambarkan orang-orang yang tidak memiliki adab ketika mencari ilmu. Begitu juga ada guru yang tidak mempedulikan muridnya, berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa yang merendahkan dan kering dari kasih sayang. Hal-hal tersebut dapat memutus kasih sayang diantara keduanya.

2. Sebuah Potret Ideal
Seorang pelajar hedndaknya memperhatikan adab ketika mencari ilmu. Ketika guru melakukan kesalahan hendaknya ia mengingatkan dengan sopan. Bagi guru hendaklah memperhatika sisi emosional murid dan pengaruhnya guru yang menyayangi muridnya juga akan sangat dihormati oleh muridnya.

3. Faktor Penumbuh Cinta Antara Guru Dan Murid
ü  Perhatian terhadap kebaikan murid dan kondisi emosionalnya.
ü  Bersabar terhadap perilaku murid.
ü  Mengenal murid dengan baik.
ü  Memanggil murid dengan panggilan yang disukai.
ü  Berdiskusi dengan murid.
ü  Mengetahui watak dan kemampuan murid.
ü  Berlapang dada dengan sikap murid.

4. Contohlah mereka!
Sejarah telah mengisahkan tentang guru yang berusaha agar murid-muridnya meningkat dalam segi keilmuannya. Salah satunya Abu Abdullah pernah berdiskusi dengan gurunya, Abu Zaid bin Al Imam tentang suatu permasalahan. Ia pun terus membantah dan memberikan jawaban sehingga gurunya mengakui kebenaran jawaban tersebut, seraya menyampaikan syair:
Setiap hari aku mengajarinya melempar
Setelah ia mahir, maka lemparan tersebut mampu membantunya.


Begitupun adab seorang murid kepada gurunya dicontohkan dari kisah yang diriwayatkan Asy Sya’bi bahwa Zaid bin Tsabit ketika hendak menaiki keledainya segera saja Abdullah bin Abbas menghampirinya dan memegang tali kendalinya untuk membantunya naik ke atas keledai tersebut. Zaid berkata, “Lepaskanlah wahai paman Rasulullah.” Ibnu Abbas menjawabnya, “Demikianlah kami diperintah untuk berbuat baik kepada para ulama.”
Share on Google Plus

About Rumadie El-Borneo

Pondok Pesantren Asshiddiqiyah didirikan pada Bulan Rabiul Awal 1406 H ( Bulan Juli 1985 M ) oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga Pendidikan, Keagamaan, dan Kemasyarakatan, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Kini dalam usianya yang lebih dari seperempat abad, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah telah membuka 12 Pesantren yang tersebar di beberapa daerah di pulau Jawa dan Sumatra.

0 komentar :